Tim Satresnarkoba Palangka Raya Tangkap Pengedar Sabu di Operasi Antik Telabang 2025
Palangka Raya – Warta Pena Satu || Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Polresta Palangka Raya kembali menunjukkan komitmennya dalam memberantas peredaran narkotika di wilayah hukumnya. Dalam rangkaian Operasi Antik Telabang 2025, petugas berhasil meringkus seorang pria berinisial DH (23) yang diduga sebagai pengedar sabu.
Penangkapan dilakukan pada Selasa dini hari, 17 Juni 2025, di Jalan Hiu Putih Raya, Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya. Dari tangan tersangka, polisi menyita barang bukti berupa sabu seberat sekitar 6,36 gram yang dikemas dalam bungkus rokok, diduga untuk mengelabui petugas.
Selain sabu, turut diamankan uang tunai sebesar Rp1.500.000 yang diduga merupakan hasil penjualan barang haram tersebut, serta sebuah sepeda motor Yamaha R15 yang diduga digunakan dalam operasional peredaran narkoba.
Kasatresnarkoba Polresta Palangka Raya, AKP Agung Wijaya Kusuma, menjelaskan bahwa barang bukti ditemukan di tempat tinggal tersangka. Ia menegaskan, pihaknya akan terus menggencarkan operasi guna mengungkap jaringan peredaran narkoba hingga ke akar-akarnya.
“Penangkapan ini berawal dari informasi masyarakat yang langsung ditindaklanjuti oleh tim kami. Ini menunjukkan pentingnya peran aktif masyarakat dalam membantu kepolisian memberantas narkotika,” ujar AKP Agung.
Menurutnya, sinergi antara kepolisian dan masyarakat menjadi elemen kunci dalam memerangi peredaran narkoba. Ia juga mengimbau agar kesadaran kolektif terus ditumbuhkan melalui edukasi dan sosialisasi bahaya narkotika, terutama kepada generasi muda.
DH kini mendekam di sel tahanan Mapolresta Palangka Raya dan akan dijerat dengan Pasal 114 ayat (2) subsider Pasal 112 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman yang berat.
Polresta Palangka Raya menegaskan akan terus mengintensifkan penegakan hukum terhadap peredaran narkoba demi menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif. Keberhasilan dalam Operasi Antik Telabang 2025 ini diharapkan menjadi dorongan bagi wilayah lain untuk ikut berperan aktif dalam memerangi narkotika di lingkungan masing-masing.(Herry-PLK)
Gencatan Senjata Perang Dagang AS-China
Internasional || Perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas pada awal tahun 2025, menunjukkan betapa rapuhnya hubungan perdagangan dua raksasa ekonomi dunia ini. Setelah sempat mereda, eskalasi baru kembali terjadi dan memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
Eskalasi Tarif yang Meningkat
Pada bulan April 2025, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara mengejutkan menaikkan tarif impor terhadap berbagai barang asal China hingga mencapai 245%. Langkah ini dilakukan sebagai respons atas tuduhan praktik perdagangan tidak adil oleh pihak China. Tak tinggal diam, pemerintah China langsung membalas dengan menaikkan tarif sebesar 125% untuk sejumlah produk asal Amerika Serikat. Tindakan saling balas ini memicu ketegangan baru di sektor perdagangan global.
Gencatan Senjata Sementara
Di tengah panasnya tensi perang dagang, kedua negara sepakat untuk meredakan konflik melalui perundingan yang berlangsung di Jenewa. Pada 14 Mei 2025, kesepakatan gencatan senjata sementara diumumkan. Dalam kesepakatan tersebut:
-
AS sepakat menurunkan tarif menjadi 30%
-
China menurunkan tarif menjadi 10%
-
Gencatan senjata ini berlaku selama 90 hari untuk memberi ruang pada negosiasi lanjutan
Langkah Tambahan dari Pemerintah China
Sebagai sinyal itikad baik, pemerintah China juga menangguhkan sanksi non-tarif terhadap 17 entitas asal AS yang sebelumnya masuk dalam daftar hitam. Selain itu, pembatasan ekspor terhadap 28 perusahaan AS juga ditangguhkan selama periode 90 hari. Langkah ini menunjukkan upaya Beijing untuk membuka jalur diplomasi ekonomi secara lebih serius.
Dampak terhadap Indonesia
Konflik ini turut berdampak pada perekonomian Indonesia. Ketidakpastian perdagangan global membuat ekspor Indonesia mengalami tekanan, serta menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa sektor. Meski demikian, situasi ini juga membuka peluang:
-
Indonesia berpotensi menarik investor yang mencari alternatif dari China
-
Diversifikasi pasar ekspor bisa diperluas
-
Dorongan untuk memperkuat industri lokal dan meningkatkan daya saing nasional
Perang dagang antara AS dan China belum menunjukkan tanda-tanda akan benar-benar usai. Meskipun terdapat langkah-langkah de-eskalasi, situasi tetap dinamis dan sangat bergantung pada keberhasilan negosiasi dalam beberapa bulan ke depan. Dunia, termasuk Indonesia, harus bersiap dengan berbagai skenario dan memanfaatkan peluang dari pergeseran arus perdagangan global. (iwg)
-