Kesehatan,  Pendidikan

Batuk Keras Bisa Picu Nyeri Pinggang: Waspada Tarikan Saraf Tulang Belakang

Bagikan

WARTAPENASATUJATIM | SURABAYA – Batuk selama ini identik dengan gangguan paru-paru atau infeksi saluran pernapasan. Namun, menurut Rijendanel, seorang Terapis Totok Saraf Anatomi Surabaya asal Kalimantan yang kini berdomisili di Surabaya, batuk yang terlalu keras ternyata bisa berdampak lebih luas, bahkan memengaruhi Saraf Tulang Belakang dan Otot Pinggang.

Fenomena ini sering terabaikan, padahal tidak sedikit orang yang merasakan nyeri mendadak di punggung dan pinggang setelah batuk keras. Nyeri ini bisa ringan, tetapi bila dibiarkan berisiko mengganggu aktivitas sehari-hari.

Apa yang sebenarnya terjadi? Menurut Terapis Totok Saraf Anatomi di Bangkingan, Surabaya Barat, batuk keras menciptakan tekanan internal yang menarik otot dan saraf di sekitar tulang belakang. Tarikan ini bisa memicu kejang otot serta menekan saraf lumbal di pinggang.

Siapa yang rentan? Orang dengan riwayat sakit pinggang, postur tubuh buruk, pekerja berat, dan lansia lebih mudah merasakan dampak batuk keras terhadap punggung dan pinggang. Namun, siapa pun bisa mengalaminya.

Kapan biasanya gejala muncul? Nyeri punggung pasca batuk sering muncul tiba-tiba, kadang hanya beberapa detik setelah batuk keras. Pada sebagian orang, rasa nyeri bisa bertahan lama dan berulang setiap kali batuk.

Di mana dampak batuk ini paling terasa? Fokusnya ada di tulang belakang bagian bawah atau saraf lumbal. Saraf ini mengontrol area pinggang hingga tungkai bawah, sehingga tarikan di titik tersebut bisa menyebabkan rasa tidak nyaman luas.

Mengapa hal ini berbahaya jika diabaikan? “Nyeri pinggang pasca batuk bukan sekadar pegal. Jika dibiarkan, saraf lumbal bisa mengalami iritasi jangka panjang sehingga aktivitas seperti duduk, berdiri, dan bekerja jadi terganggu,” jelas sang terapis.

Bagaimana cara mencegahnya? Menurut terapis, langkah sederhana bisa dilakukan segera setelah batuk keras. Caranya adalah dengan membungkukkan badan sedikit sambil berpegangan pada meja atau meletakkan kedua telapak tangan di dinding.

Gerakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan di area saraf lumbal sehingga tarikan otot tidak terlalu kuat. “Intinya, tubuh harus diberi ruang untuk meredam efek hentakan batuk,” ujarnya.

Selain itu, menjaga postur tubuh tetap baik ketika duduk maupun berdiri menjadi langkah penting. Posisi tubuh yang salah bisa memperburuk tarikan otot saat batuk.

Terapis juga menekankan pentingnya memperkuat otot punggung melalui olahraga ringan. Latihan sederhana seperti stretching atau peregangan pinggang setiap pagi dapat membantu menstabilkan saraf tulang belakang.

Jika nyeri pinggang mendadak terasa parah pasca batuk, sebaiknya jangan menunda untuk berkonsultasi. Pemeriksaan lebih dini bisa mencegah masalah berlanjut menjadi gangguan saraf yang lebih serius.

Terapis totok saraf anatomi di Bangkingan Surabaya Barat membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berkonsultasi mengenai nyeri punggung dan pinggang.

“Kami memberikan tips sederhana sekaligus terapi yang fokus pada saraf tulang belakang,” ungkapnya.

Edukasi ini penting agar masyarakat tidak salah kaprah. Batuk memang awalnya berasal dari sistem pernapasan, tetapi dampaknya bisa menjalar hingga ke sistem saraf dan otot tubuh.

Dengan kesadaran lebih dini, masyarakat bisa lebih waspada terhadap sinyal tubuhnya sendiri. Batuk keras bukan hanya urusan paru-paru, melainkan juga bisa menjadi pemicu sakit pinggang yang mengganggu produktivitas sehari-hari.***(Dodo)

Jurnalis: Doni Cahaya Utama


Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *