Batuk Saat Jantung Alami Aritmia: Sinyal Bahaya yang Sering Diabaikan
WARTAPENASATUJATIM | SURABAYA – Rijendanel, asal Kalimantan berdomisili di Surabaya merupakan praktisi Terapi Totok Saraf Anatomi Surabaya, berbagi pengetahuan sekaligus memberikan edukasi yang selama ini tidak disadari pada setiap orang.
Rijendanel memberikan pengetahuan terkait dengan batuk. Bahwa batuk sering dianggap sepele, bahkan kerap dikaitkan dengan ISPA atau akibat rokok.
Namun, siapa sangka, batuk mendadak yang muncul bersamaan dengan nyeri dada, keringat berlebih, dan jantung berdebar bisa menjadi tanda bahaya dari kondisi aritmia.
Aritmia adalah gangguan irama jantung yang membuat aliran listrik di jantung menjadi “Konslet” atau Tidak Teratur. Saat kondisi ini terjadi, tubuh bisa langsung merespons dengan batuk berulang. Fenomena ini sering disalahpahami masyarakat sebagai penyakit pernapasan.
Fenomena batuk akibat aritmia ini terungkap dalam wawancara singkat Warta Pena Satu dengan seorang Terapis Totok Saraf Anatomi yang berpraktik di daerah Bangkingan, Surabaya Barat. Ia menjelaskan bahwa batuk justru bisa menjadi pertahanan alami tubuh untuk memperkuat kerja jantung yang sedang terganggu.
Apa yang sebenarnya terjadi? Menurut sang terapis, ketika aritmia menyerang, sinyal listrik jantung tidak sinkron sehingga aliran darah terganggu. Batuk spontan muncul sebagai refleks tubuh untuk membantu memompa jantung secara mekanis.
Siapa yang berisiko? Aritmia dapat dialami siapa saja, terutama mereka dengan riwayat hipertensi, stres berkepanjangan, kebiasaan merokok, dan pola hidup tidak sehat. Pasien yang pernah menjalani terapi jantung juga rentan mengalaminya.
Kapan biasanya gejala muncul? “Aritmia bisa muncul tiba-tiba, sering kali saat seseorang sedang beraktivitas, kelelahan, atau bahkan saat istirahat. Tanda khasnya adalah jantung berdebar, keluar keringat dingin, disertai batuk yang tidak biasa,” jelas sang terapis.
Di mana gejala ini sering terabaikan? Banyak pasien baru menyadari ketika sudah datang ke fasilitas medis, padahal tanda awal sudah muncul di rumah atau tempat kerja. Edukasi masyarakat sangat penting agar batuk mendadak tidak selalu disamakan dengan masalah pernapasan.
Mengapa hal ini sering salah dipahami? “Karena batuk identik dengan paru-paru atau rokok. Padahal, pada kasus tertentu, batuk adalah alarm jantung yang sedang kesulitan bekerja,” terang terapis di Bangkingan.
Bagaimana cara menghadapinya? Saat batuk mendadak muncul bersama gejala jantung berdebar, sebaiknya jangan panik. Hentikan aktivitas, duduk tenang, lalu minum air putih. Air putih membantu menstabilkan tubuh sekaligus memberi waktu jantung untuk menyesuaikan iramanya.
Terapis Totok Saraf Anatomi tersebut menegaskan, air putih adalah langkah sederhana namun efektif. “Jangan buru-buru minum obat batuk. Fokus dulu pada stabilisasi jantung. Jika berlanjut, segera periksa ke tenaga medis,” ujarnya.
Selain itu, menjaga pola hidup sehat adalah kunci utama agar aritmia tidak sering kambuh. Pola tidur yang cukup, mengurangi stres, berhenti merokok, dan rutin olahraga ringan terbukti membantu kesehatan jantung.
Ia juga menambahkan, terapi totok saraf anatomi dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan meredakan ketegangan saraf yang berhubungan dengan gangguan jantung. “Namun, pasien tetap harus mengutamakan pemeriksaan medis,” tandasnya.
Batuk akibat aritmia bukan sekadar batuk biasa. Ia adalah sinyal tubuh yang sering disalahartikan. Edukasi ini penting agar masyarakat tidak salah langkah dalam mengambil tindakan.
Masyarakat diimbau untuk lebih peka terhadap sinyal tubuhnya sendiri. Batuk yang datang bersama gejala jantung harus diperlakukan sebagai alarm, bukan hanya gangguan pernapasan ringan.
Dengan memahami hubungan antara batuk dan aritmia, diharapkan masyarakat lebih waspada, lebih cepat mengambil tindakan, dan mampu menjaga kesehatan jantung dengan langkah-langkah positif sejak dini.*** (Dodo)
Jurnalis: Doni Cahaya Utama
Anda Mungkin Suka Juga
Warga Mulyodadi Tagih Transparansi Pemerintah Desa Terkait Sengketa Lahan dan Proyek Infrastruktur
November 21, 2025
Kedaulatan Kesehatan Indonesia: Tolak Dominasi WHO, Revisi IHR!
Juli 19, 2025