Lahan di Desa Kebonsari dan Gondosari Pacitan yang menunggu Bantuan Pengairan
Warta Pena Satu Jawa Timur- Masyarakat Desa Kebonsari dan Gondosari, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, menggantungkan hidup sepenuhnya pada pertanian. Sayangnya, kondisi geografis desa ini yang berada di daerah pegunungan kering membuat mereka hanya bisa mengandalkan tadah hujan. Ketergantungan ini menciptakan ketidakpastian besar. Saat musim kemarau tiba, tanah retak dan tanaman layu, yang berdampak langsung pada hasil panen yang menurun drastis. Akibatnya, penghasilan para petani tak menentu, seringkali tak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi untuk meningkatkan taraf hidup atau menabung untuk masa depan.
Di tengah kesulitan ini, muncul harapan dari Organisasi Masyarakat (Ormas) bernama Gerakan Emansipasi Perubahan (GEP). Mereka menyadari bahwa pembangunan irigasi adalah kunci untuk mengatasi masalah ini. Dengan inisiatif tersebut, GEP melakukan survei mendalam dan mengkalkulasi kebutuhan dana secara rinci. Mereka kemudian menyusun proposal pembangunan irigasi yang komprehensif, bahkan sampai meminta rekomendasi dari Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) dan Kementerian Pertanian (Kementan). Proposal tersebut lalu diajukan kepada berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR) BUMN. Namun, hingga kini, upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Pembangunan irigasi yang diusulkan oleh GEP sejatinya bukan hanya untuk mengairi sawah. Lebih dari itu, sistem pengairan ini juga dirancang untuk menjadi sumber air bersih bagi masyarakat saat musim kemarau. Di musim kering, air menjadi komoditas langka. Warga harus berjalan jauh atau membeli air dengan harga mahal untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, memasak, dan mandi. Oleh karena itu, irigasi ini diharapkan dapat menjadi solusi ganda yang mengatasi masalah ketahanan pangan dan krisis air bersih secara bersamaan.
Kondisi ekonomi yang sulit dan ketidakpastian ini memicu pergeseran sosial yang signifikan di Desa Kebonsari. Banyak anak muda memilih untuk merantau, mencari pekerjaan di luar daerah, baik di kota-kota besar maupun di luar negeri. Mereka melihat masa depan yang lebih stabil di sektor lain, di luar pertanian yang penuh tantangan. Fenomena ini menyebabkan desa kehilangan banyak tenaga produktif. Hanya tersisa orang-orang tua dan anak-anak, sementara keahlian dan semangat untuk mengelola lahan pertanian kian berkurang.
Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, semangat untuk bangkit tidak pernah padam di hati warga Kebonsari. Mereka terus berjuang, berharap suatu saat nanti proposal GEP dapat diterima atau ada pihak lain yang bersedia membantu. Kisah Desa Kebonsari adalah cerminan dari banyak desa di Indonesia yang menghadapi keterbatasan alam dan ekonomi. Ini adalah seruan bagi kita semua untuk melihat lebih dekat bagaimana inisiatif akar rumput dapat didukung untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan.
Anda Mungkin Suka Juga

MUSOLAH KUBANG DUO SUKSES ADAKAN ACARA KHATAM AL QURAN DI SULIT AIR
Juni 9, 2025
Batuk Saat Jantung Alami Aritmia: Sinyal Bahaya yang Sering Diabaikan
September 26, 2025