Silaturahmi Penuh Makna: Kaperwil MWPS Jatim Kunjungi Penasihat MWPS Yuli Purnomo
WARTAPENASATUJATIM | SURABAYA – Dalam suasana hangat penuh kekeluargaan, Kaperwil MWPS Jawa Timur, Yuyun Ary Soekadi yang akrab disapa Yuyun dengan didampingi oleh Sekretaris Agung Budhi Utomo, Redaktur Didik, dan Jurnalis MWPS Jatim Dodo, melakukan kunjungan silaturahmi ke kediaman Penasihat MWPS Jatim, Yuli Purnomo sekaligus Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya.
Kunjungan ini tidak hanya menjadi ajang koordinasi dan pembahasan arah redaksi ke depan, tetapi juga momen mempererat tali persaudaraan antara jajaran pengurus dan penasihat MWPS Jatim.
Dalam obrolan santai yang penuh makna, Yuli memberikan banyak masukan berharga tentang pentingnya menjaga idealisme dan etika jurnalistik di tengah derasnya arus informasi modern.
Setelah berdiskusi hangat, rombongan MWPS Jatim berkesempatan mengunjungi salah satu ikon kuliner legendaris Kota Surabaya, yaitu Soto Ayam Pak Doni di Jalan Raya Pacar Keling. Tempat makan ini dikenal luas sebagai salah satu UMKM fenomenal yang sudah bertahun-tahun menjadi favorit masyarakat Surabaya.
Cita rasa sotonya yang gurih dan rempahnya yang khas menjadi alasan mengapa warung ini selalu ramai pengunjung setiap harinya. “Soto Ayam Pak Doni” ini sudah familiar banget di lidah arek-arek Suroboyo.
“Rasanya konsisten, porsinya pas, dan suasananya nyaman,” ujar Dodo, jurnalis MWPS Jatim, yang ikut mendokumentasikan kegiatan hari itu.
Dalam kesempatan tersebut, Yuli Purnomo juga menyampaikan pesan penting bagi seluruh insan pers. Beliau menekankan bahwa semangat jurnalis harus selalu diimbangi dengan kesehatan tubuh dan keseimbangan hidup.
“Menulis berita, liputan lapangan, dan berpacu dengan deadline itu butuh stamina. Wartawan yang sehat akan melahirkan tulisan yang sehat pula. Karena itu, penting untuk menjaga asupan dan menjaga kebugaran. Salah satunya ya dengan menikmati makanan bergizi dan legendaris seperti Soto Ayam Pak Doni ini,” ujar Yuli sambil tersenyum.
Yuyun pun menambahkan bahwa kegiatan seperti ini bukan hanya sekadar kunjungan kerja, tetapi juga bentuk apresiasi terhadap kuliner lokal yang ikut menjadi denyut ekonomi masyarakat Surabaya.
“UMKM seperti Soto Pak Doni ini adalah contoh nyata bahwa rasa, konsistensi, dan pelayanan yang tulus bisa membawa usaha kecil menjadi besar dan bertahan puluhan tahun,” tuturnya.
Redaktur MWPS Jatim, Didik Edi Sutrisno, juga mengungkapkan bahwa pengalaman di lapangan selalu memberikan inspirasi baru dalam menulis berita yang membangun.
“Dari Soto Pak Doni saja, kita belajar tentang loyalitas pelanggan dan dedikasi pada cita rasa sama seperti dedikasi jurnalis pada fakta dan kebenaran,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Agung Budhi Utomo menyampaikan bahwa MWPS Jatim akan terus membuka ruang bagi pelaku UMKM untuk diberitakan secara positif sebagai bagian dari program Media Mendukung Ekonomi Kearifan Lokal.
Kunjungan ke rumah penasihat sekaligus eksplorasi kuliner legendaris ini menjadi momen berharga bagi tim MWPS Jatim, yang tidak hanya memperkuat sinergi internal, tetapi juga meneguhkan komitmen untuk selalu dekat dengan masyarakat, baik lewat berita maupun melalui kehidupan sehari-hari yang penuh makna.*** (Dodo)
Silaturahmi Hangat MWPS Jatim dengan Pembina Ir. Eddy Surohadi: Kolaborasi Inspiratif Dunia Usaha dan Media
WARTAPENASATUJATIM | Surabaya – Dalam suasana penuh keakraban dan semangat kebersamaan, Kaperwil Media Warta Pena Satu (MWPS) Jawa Timur, Yuyun Ary Soekadi bersama Sekretaris Agung Budhi Utomo, Redaktur Edi Didik Sutrisno, dan Jurnalis MWPS Jatim Dodo, melakukan kunjungan silaturahmi ke kediaman sekaligus tempat usaha milik Pembina MWPS Jatim, Ir. Eddy Surohadi, di kawasan Klampis Jaya, Surabaya.
Silaturahmi ini menjadi momen berharga bagi seluruh jajaran MWPS Jatim untuk mempererat hubungan antara tim media dan tokoh pembina yang dikenal sebagai sosok penggerak dunia usaha kreatif.
Eddy Surohadi menyambut rombongan dengan ramah, disertai suasana diskusi santai yang penuh inspirasi tentang dunia bisnis dan perkembangan ekonomi lokal di tengah tantangan zaman.
Dalam perbincangan tersebut, Eddy Surohadi membagikan perjalanan dan filosofi usahanya yang kini berkembang pesat.
Salah satunya adalah Kikie Donuts, merek donat lokal yang telah menjadi primadona di Surabaya berkat kualitas rasa premium dan harga yang bersahabat.
Eddy menjelaskan bahwa rahasia sukses Kikie Donuts terletak pada konsistensi rasa dan kejujuran dalam menjaga kualitas bahan baku.
“Kami ingin masyarakat bisa menikmati donat enak dengan harga terjangkau. Banyak pelanggan bilang rasanya mirip JCO, tapi harganya jauh lebih ekonomis,” ujarnya dengan senyum bangga.
Kini, Kikie Donuts telah memiliki banyak reseller yang tersebar di berbagai wilayah Surabaya, bahkan mulai merambah kota-kota lain.
Konsep usaha ini tidak hanya berfokus pada penjualan produk, tetapi juga membuka peluang kemitraan bagi masyarakat yang ingin ikut berwirausaha.
Semangat berbagi inilah yang membuat usaha ini tumbuh secara alami dan mendapat tempat di hati pelanggan.
Selain usaha kuliner, Eddy Surohadi juga mengembangkan Suprime Laundry, bisnis jasa kebersihan profesional yang tidak hanya menawarkan layanan laundry berkualitas, tetapi juga membuka keagenan mesin dan manajemen laundry untuk wilayah nasional.
Program keagenan Suprime Laundry menarik perhatian banyak calon pengusaha karena sistemnya mudah dijalankan, dilengkapi pendampingan, serta pelatihan manajemen.
“Kami tidak hanya menjual mesin, tapi juga sistem dan ilmu. Tujuannya agar para mitra bisa langsung jalan tanpa bingung mengelola usaha,” ungkap Eddy.
Yuyun, selaku Kaperwil MWPS Jatim, menyampaikan apresiasi atas kiprah dan dedikasi Eddy Surohadi dalam mengembangkan dunia usaha.
Menurutnya, sosok pembina seperti Eddy menjadi contoh nyata bahwa pengusaha sukses tidak hanya fokus pada keuntungan, tapi juga pada dampak sosial melalui pembukaan lapangan kerja dan pemberdayaan masyarakat.
“Silaturahmi ini sangat berkesan. Dari Eddy, kami belajar bahwa keberhasilan bisnis bukan hanya soal uang, tapi juga semangat, integritas, dan kebermanfaatan. Ini menjadi inspirasi bagi kami di MWPS Jatim,” tutur Yuyun dengan penuh antusiasme.
Dodo, jurnalis MWPS Jatim, menambahkan bahwa kunjungan ini memberikan wawasan baru tentang pentingnya kolaborasi antara media dan dunia usaha.
“Kami melihat bagaimana ide kreatif bisa hidup ketika dijalankan dengan ketulusan. Ini bukan sekadar bisnis, tapi juga karya sosial,” ujarnya.
Eddy Surohadi menegaskan bahwa kolaborasi dengan media seperti MWPS Jatim penting untuk memperkuat ekosistem positif di masyarakat.
“Media dapat menjadi jembatan informasi bagi pelaku UMKM agar dikenal luas, sementara dunia usaha dapat mendukung media lewat konten inspiratif dan edukatif,” jelasnya menutup perbincangan.
Silaturahmi antara MWPS Jatim dan Ir. Eddy Surohadi menjadi contoh nyata sinergi positif antara dunia pers dan dunia usaha, yang saling menguatkan serta berperan aktif membangun ekonomi kreatif di Jawa Timur.*** (Dodo)
Bahaya Proxy War dan Tantangan Pancasila di Era Modern
WARTAPENASATUJATIM | Surabaya – Dalam seminar yang berlangsung di Gedung PPAD Jalan Brawijaya, Surabaya, suasana ruang diskusi menghangat saat salah satu peserta, Arul Hasyim Simpajo, S.H., anggota Himpunan Putra Putri Keluarga Angkatan Darat (HIPAKAD), melontarkan pertanyaan tajam dan berbobot mengenai bahaya Proxy War antarnegara serta pentingnya pendidikan dan pengamalan Pancasila bagi generasi muda Indonesia.
Pertanyaan tersebut sontak menarik perhatian seluruh peserta seminar. Arul menyoroti bagaimana generasi muda kini berada di tengah gempuran globalisasi dan perang asimetris, di mana batas antara musuh dan kawan tak lagi jelas.
Ia menegaskan bahwa “perang masa kini bukan lagi soal senjata dan peluru, melainkan perang pemikiran, budaya, dan ekonomi.”
Menanggapi hal itu, narasumber utama, Brigjen TNI (Purn) S. Aldian Gondokusumo, S.E., memberikan penjelasan yang lugas dan mendalam tentang pentingnya keamanan proxy serta peran strategis nilai-nilai Pancasila sebagai benteng ideologi bangsa.
Ia menjelaskan bahwa Proxy War adalah bentuk perang modern di mana satu negara memanfaatkan pihak ketiga untuk melemahkan negara lain tanpa harus berperang secara langsung.
Menurut Brigjen TNI Purn Aldian, bentuk Proxy War saat ini bisa datang melalui berbagai saluran, mulai dari media sosial, ekonomi, gaya hidup, bahkan pendidikan.
“Kita bisa dikalahkan tanpa diserang. Cukup dengan membuat generasi muda kehilangan identitas nasionalnya, melupakan sejarah, dan tidak lagi mengamalkan Pancasila,” ujarnya dengan nada serius.
Lebih lanjut, beliau mencontohkan fenomena disinformasi dan polarisasi politik yang merebak di media sosial. Banyak generasi muda terjebak dalam perang opini tanpa menyadari bahwa mereka sedang menjadi “Prajurit Tidak Sadar” dalam strategi Proxy War Global.
“Inilah bentuk perang modern. Lawan kita bukan pasukan berseragam, tapi algoritma dan narasi yang melemahkan moral bangsa,” tegasnya.
Sebagai solusi, Brigjen TNI Purn Aldian menekankan pentingnya memperkuat Keamanan Proxy, yaitu kemampuan bangsa untuk mengenali, menangkal, dan menetralkan ancaman non-militer yang dapat menggerus ketahanan nasional.
Keamanan Proxy mencakup literasi digital, pendidikan kebangsaan, serta penguatan karakter Pancasila sejak usia dini.
Ia juga menyinggung bahwa Proxy Defense tidak bisa hanya diserahkan pada militer, tetapi juga harus menjadi kesadaran kolektif masyarakat sipil.
“Orang tua, guru, mahasiswa, dan bahkan pelaku usaha punya peran penting. Membangun pertahanan ideologis itu seperti membangun imun bangsa, harus dimulai dari diri sendiri,” tuturnya.
Sebagai contoh konkret, Brigjen TNI Purn Aldian mengangkat kasus perang dagang dan informasi antara beberapa negara besar yang memengaruhi arah kebijakan politik negara berkembang. Indonesia, katanya, harus cerdas menempatkan diri.
“Kita jangan sampai hanya jadi pion di papan catur global. Kita harus jadi pemain yang punya strategi, bukan sekadar korban dari skenario proxy,” ujarnya tegas.
Ulasan itu menutup dengan ajakan reflektif. Menurut Brigjen TNI Purn Aldian, saatnya generasi muda Indonesia tidak hanya hafal lima sila, tetapi menghidupkannya dalam tindakan.
Pendidikan Pancasila bukan sekadar mata pelajaran, tetapi pedoman hidup yang melahirkan generasi berkarakter tangguh, nasionalis, dan berintegritas.
Seminar yang berlangsung penuh antusias ini menjadi cermin nyata bahwa semangat bela negara tidak boleh padam. Di tengah derasnya arus globalisasi, proxy war harus dihadapi dengan kekuatan moral, ideologi, dan persatuan.
Seperti yang dikatakan Arul Hasyim di akhir sesi, “Kalau bukan kita yang menjaga Pancasila, siapa lagi?” Sebuah kalimat sederhana, tapi menggema kuat di ruang kebangsaan hari itu.*** (Dodo)
Sosialisasi Bersama Brigjen TNI Purn S. Aldian Gondokusumo, S.E di Gedung PPAD Surabaya
Peran Purnawirawan dalam Membangun Ketahanan Sosial Masyarakat
WARTAPENASATU JATIM | Surabaya, 14 Oktober 2025 – Gedung Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD) (PD Jawa Timur) di Jalan Brawijaya, Surabaya, menjadi saksi pentingnya semangat kebangsaan yang terus dijaga oleh para purnawirawan TNI dalam upaya memperkuat ketahanan sosial masyarakat.
Acara sosialisasi yang dipimpin oleh Brigjen Purn. S. Aldian Gondokusumo, S.E. ini mengangkat tema “Kesadaran Berbangsa dan Bernegara sebagai Dasar Bela Negara”.
Dalam paparannya, Brigjen TNI Purn Aldian menegaskan bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara tidak boleh luntur meskipun zaman terus berubah.
Menurutnya, sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan kepribadian bangsa adalah cerminan dari cita-cita dan tujuan hidup bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Ia mengingatkan generasi muda agar tidak sekadar menghafal nilai-nilai dasar negara, tetapi benar-benar menghidupinya dalam tindakan nyata.
“Nasionalisme itu bukan sekadar bendera dan lagu kebangsaan, tapi bagaimana kita menjaga rasa kesatuan dan persatuan bangsa di tengah perbedaan,” ujar Brigjen TNI Purn Aldian dalam sambutannya yang mendapat tepuk tangan hangat dari peserta yang hadir.
Beliau juga menekankan pentingnya menumbuhkan rasa memiliki dan jiwa besar dalam membangun bangsa, semangat yang dikenal sebagai patriotisme.
Dalam konteks kekinian, patriotisme tidak lagi hanya di medan perang, tetapi juga dalam menjaga harmoni sosial, melawan hoaks, serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat.
Selain itu, Brigjen TNI Purn Aldian menguraikan lima nilai dasar bela negara yang menjadi pondasi moral setiap warga negara, yaitu: cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban demi bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal bela negara.
Menurut Brigjen TNI Purn Aldian bahwa nilai-nilai ini, bukan hanya slogan, melainkan pedoman hidup yang harus diwujudkan dalam keseharian.
Acara sosialisasi ini juga menjadi ajang refleksi bagi para purnawirawan untuk terus berkontribusi di tengah masyarakat. Brigjen TNI Purn Aldian menegaskan bahwa purnawirawan memiliki peran strategis sebagai teladan dan penjaga moral bangsa.
“Kami tidak lagi bertempur dengan senjata, tapi dengan keteladanan, dengan budi pekerti, dan dengan semangat gotong royong,” tegasnya.
Suasana kegiatan berlangsung hangat dan penuh semangat kebersamaan. Para peserta, yang terdiri dari purnawirawan, tokoh masyarakat, dan mahasiswa, tampak antusias mengikuti jalannya sosialisasi.
Banyak dari mereka menyatakan bahwa kegiatan semacam ini penting untuk menumbuhkan kembali kesadaran nasional yang mulai terkikis oleh arus modernisasi dan ego sektoral.
Sebagai penutup, Brigjen TNI Purn Aldian mengajak seluruh hadirin untuk kembali menghayati makna pembukaan UUD 1945 dan menjadikannya pedoman dalam kehidupan berbangsa.
“Jangan biarkan semangat kebangsaan hanya hidup di upacara bendera. Ia harus menyala di hati setiap warga negara Indonesia, kapan pun dan di mana pun berada,” pungkasnya dengan penuh wibawa.
Dengan berakhirnya acara tersebut, PPAD PD Jatim Surabaya menegaskan komitmennya untuk terus menjadi wadah bagi para purnawirawan dalam mendukung pemerintah membangun ketahanan sosial, memperkuat nilai-nilai Pancasila, dan menanamkan semangat bela negara di kalangan generasi penerus bangsa.*** (Dodo)
Lima Pilar Kebangsaan Ditekankan dalam Khutbah Jumat di Jantung Kota Surabaya
WARTAPENASATUJATIM | SURABAYA – Suasana teduh dan penuh kekhusyukan terasa di Masjid Al-Falah Surabaya, Jalan Raya Darmo No. 137A, pada pelaksanaan Salat Jumat hari ini.
Dalam khutbah bertema “Lima Pilar Penting Bagi Suatu Bangsa”, umat Islam diajak merenungi kembali makna kebangsaan dan spiritualitas sebagai fondasi utama berdirinya Indonesia.
Kegiatan dakwah ini menghadirkan khatib utama Dr. KH. Fahrur Rozi, M.Pd.I serta pembawa studi ustaz Anjarni Rabbii, S.Sos. Acara berlangsung sejak pukul 11.30 hingga 13.00 WIB dan dihadiri ratusan jamaah dari berbagai kalangan.
Menyampaikan didalam khutbahnya, Dr. Fahrur Rozi menegaskan bahwa kekuatan sebuah bangsa tidak diukur dari kekayaan alam atau kemajuan teknologinya semata, melainkan dari moral dan spiritual masyarakatnya.
“Bangsa yang besar dibangun dari jiwa-jiwa yang beriman, berilmu, dan berkeadilan. Tanpa itu, sehebat apa pun infrastrukturnya, akan rapuh dari dalam,” ujarnya tegas di atas mimbar.
Beliau kemudian mengurai lima pilar utama yang menjadi dasar kokohnya bangsa: iman yang kuat, ilmu yang luas, keadilan sosial, persatuan umat, dan kepemimpinan yang amanah.
Menurutnya, kelima pilar tersebut ibarat lima tiang penopang rumah besar bernama Indonesia—jika satu roboh, maka keseimbangan bangsa ikut goyah.
Sementara itu, Ustaz Anjarni Rabbii, S.Sos., dalam sesi pembuka, menyoroti tantangan moral generasi muda di era digital. Ia menekankan pentingnya pendidikan akhlak di tengah derasnya arus informasi.
“Kalau generasi muda kehilangan nilai-nilai dasar, maka bangsa kehilangan masa depannya,” ungkapnya dengan nada serius namun penuh kasih.
Jamaah terlihat antusias dan fokus mendengarkan isi khutbah. Banyak yang mengaku mendapat pencerahan baru mengenai makna iman dan kebangsaan.
Salah satu jamaah, Syaiful Arif, mengungkapkan kesannya, “Khutbah hari ini benar-benar menyejukkan hati. Kita diingatkan kembali bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman.”
Acara ditutup dengan doa bersama untuk keselamatan bangsa, persatuan umat, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Takmir Masjid Al-Falah juga mengapresiasi antusiasme jamaah yang tetap menjaga ketertiban dan kekhusyukan hingga akhir kegiatan.
Dengan tema yang menggugah dan penyampaian yang mendalam, khutbah Jumat di Masjid Al-Falah Surabaya hari ini menjadi momentum spiritual sekaligus kebangsaan.
Pesan moralnya jelas: membangun bangsa tidak cukup dengan kecerdasan, tetapi juga membutuhkan kekuatan iman, keadilan, dan kepemimpinan yang amanah.*** (Doni)