Internasional
- Bisnis, Daerah, Ekonomi, Internasional, Keamanan, Nasional, Opini, Pendidikan, Pertahanan, Politik, Seni dan Budaya, SOSIAL
Menata Ulang Sejarah Lokal, AJ Susmana Dorong Dekolonisasi Narasi Bangsa
JAKARTA wartapenasatu.com
Jakarta — Dalam upaya memperkuat identitas nasional dan membebaskan diri dari warisan kolonialisme, AJ Susmana menekankan pentingnya dekolonisasi narasi sejarah lokal. Gagasan tersebut ia sampaikan dalam tulisan berjudul “Konstruksi Naratif: Menata Ulang Sejarah Lokal Menjadi Cerita yang Bermakna” yang mengajak masyarakat untuk meninjau kembali sejarah dari sudut pandang bangsa sendiri, bukan dari kacamata kolonial.
Menurut AJ Susmana, bangsa Indonesia sebagai bekas negara kolonial perlu membangun narasi positif agar mampu melepaskan diri dari mentalitas terjajah. “Kita perlu kisah yang menumbuhkan kebanggaan dan keberanian, agar bangsa ini tidak terus-menerus merasa inferior akibat penjajahan yang panjang,” ujarnya dalam tulisannya.
Ia menjelaskan bahwa dalam konteks perjuangan kebangsaan, kisah kadang dapat mendahului fakta. Artinya, narasi yang kuat mampu membangkitkan semangat dan rasa percaya diri, meski fakta sejarah belum sepenuhnya sempurna. Pendekatan ini dianggap perlu untuk menyalakan kembali keberanian melawan penjajahan dan menumbuhkan optimisme nasional.
Dalam tulisannya, AJ Susmana mencontohkan bagaimana sejarah kejayaan kerajaan-kerajaan besar Nusantara seperti Majapahit dan Sriwijaya menjadi sumber inspirasi penting. Walaupun belum seluruh fakta tentang dua kerajaan itu terungkap sempurna, semangat dan kisah kejayaan mereka tetap menjadi api penyemangat bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang lemah, melainkan bangsa yang mampu berdaulat.
Ia menilai, masa lalu yang baik seperti kisah Majapahit dan Sriwijaya seharusnya dijadikan bahan narasi yang membangun. “Narasi sejarah yang kuat akan membuat kita tidak kehilangan akar dan tradisi, sekaligus menjadi pondasi kemajuan manusia,” tulisnya. Pandangan ini menegaskan bahwa sejarah lokal bukan sekadar catatan masa lampau, tetapi sumber nilai untuk membangun masa depan.
AJ Susmana juga menyinggung pentingnya kisah perjuangan kemerdekaan sebagai bagian dari proses dekolonisasi. Cerita-cerita perjuangan nasional yang penuh keberanian dan pengorbanan dapat menjadi pengingat bahwa kemerdekaan bangsa ini lahir dari semangat perlawanan, bukan pemberian.
Ia menutup pandangannya dengan menyoroti keberadaan berbagai monumen perjuangan nasional yang berdiri di seluruh penjuru negeri — dari kota besar hingga tingkat kecamatan. Monumen tersebut, katanya, bukan hanya simbol sejarah, tetapi juga penanda bahwa semangat melawan penjajahan masih hidup dalam setiap jiwa anak bangsa. “Dari sejarah, kita belajar untuk terus berdiri tegak sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,” pungkas AJ Susmana
Sumber:Kebudayaan Rakyat - Artikel, Bisnis, Ekonomi, hukum, Internasional, Keamanan, mancanegara, Nasional, Opini, Pendidikan, Pertahanan, Politik, Seni dan Budaya, SOSIAL
Pemuda Bersatu, Budaya Maju: JAKER Gelar Diskusi Kebangsaan di HB Jassin
Jakarta wartapenasatu.com
Pemuda adalah Kunci! JAKER Gelar Diskusi Kebangsaan untuk Gali Potensi Generasi Muda dalam Memajukan Budaya Nasional
Jakarta – Di tengah semangat memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-97, Jaringan Kebudayaan Rakyat (JAKER) mengambil langkah nyata dengan menggelar Diskusi Kebangsaan pada 3 November 2025. Bertempat di Ruang Aula PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, acara ini mengusung tema krusial “Peran Pemuda dalam Mendorong Kebudayaan Nasional yang Maju Adil dan Makmur.”
Annisa, Ketua Umum JAKER, menyatakan bahwa kegiatan ini menjadi fondasi penting untuk menggali kembali akar persatuan bangsa. Semangat yang dulu diinisiasi oleh para pemuda 97 tahun silam, diharapkan dapat kembali membara dalam diri generasi muda saat ini.
“Diskusi ini adalah upaya kita untuk mengembalikan semangat Sumpah Pemuda sebagai landasan utama persatuan. Kita akan menggali kembali nilai-nilai luhur budaya Nusantara, terutama gotong royong, yang menjadi kunci untuk mewujudkan keadilan sosial,” ujar Annisa.
Diskusi Kebangsaan ini akan menghadirkan sejumlah tokoh penting sebagai pembicara, antara lain Nasruddin Djoko Surjono (Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta), Assoc.Prof. Dr. Tuti Widyaningrum.,SH.,MH (Akademisi), Sonny Laurentius (JAKER), dan M. Rijal yang mewakili kalangan mahasiswa. Mereka akan membahas peran strategis pemuda dalam memajukan kebudayaan nasional yang berkeadilan dan berkemakmuran.
Selain diskusi, acara ini juga menjadi momentum bagi Annisa untuk menyampaikan pesan khusus kepada para pemuda Indonesia. Melalui sebuah puisi, ia mengajak generasi muda untuk terus berjuang melawan ketidakadilan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.
“Hai pemuda anak kandung nusantara, jangan tidur di mata yang tidak mengantuk, hanya untuk cepat bermimpi,” demikian salah satu bait puisi Annisa yang penuh semangat. Ia juga mengingatkan agar pemuda tidak terjebak dalam kepentingan oligarki, melainkan bangkit dan yakin bahwa Indonesia yang kaya ini mampu memberikan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya.
Acara Diskusi Kebangsaan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para pemuda untuk bertukar pikiran, merumuskan gagasan, dan bersama-sama membangun kebudayaan nasional yang lebih maju, adil, dan makmur.BY:Nok Srie

- Artikel, Bisnis, Daerah, Ekonomi, hukum, Internasional, Keamanan, mancanegara, Nasional, Nature, Opini, Pendidikan, Pertahanan, Politik, Seni dan Budaya, SOSIAL
“Pemuda Penjaga Nilai Bangsa: JAKER Gelar Diskusi Kebangsaan di Jakarta”
JAKARTA WartaPenaSatu.com
JAKER Gelar Diskusi Kebangsaan: Dorong Peran Pemuda dalam Memajukan Kebudayaan Nasional
Jakarta, 3 November 2025 — Jaringan Kebudayaan Rakyat (JAKER) kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat semangat kebangsaan dan kebudayaan melalui acara Diskusi Kebangsaan bertajuk “Peran Pemuda dalam Mendorong Kebudayaan Nasional yang Maju, Adil, dan Makmur”. Acara ini berlangsung di Ruang Aula PDS HB Jassin, Cikini, Jakarta Pusat, pada Senin siang, pukul 12.00 WIB hingga selesai.
Kegiatan yang menggandeng Dinas Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta (Dispusip) ini menghadirkan sejumlah tokoh lintas bidang seperti Assoc. Prof. Dr. Tuti Widyanningrum, SH., MH, Nasruddin Djoko Surjono, M. Rizal, dan Sonny Lauentius, dengan Herry Tany sebagai pengisi sesi inspiratif serta Feby Rahmayana bertindak sebagai moderator. Diskusi ini menjadi ruang refleksi dan dialog terbuka mengenai posisi strategis pemuda dalam membangun peradaban bangsa yang berakar pada nilai-nilai kebudayaan nasional.
Dalam paparannya, Nasruddin Djoko Surjono menekankan bahwa kebudayaan harus menjadi poros utama dalam pembangunan nasional. “Negara yang besar bukan hanya diukur dari kemajuan ekonominya, tetapi dari seberapa kokoh nilai budayanya menopang kehidupan rakyatnya. Pemuda adalah penjaga nilai itu,” ujarnya. Pernyataan tersebut mendapat sambutan antusias dari peserta diskusi yang sebagian besar berasal dari kalangan akademisi dan komunitas pemuda.
Sementara itu, M. Rizal mengajak generasi muda untuk aktif menciptakan ruang-ruang baru ekspresi budaya. “Pemuda jangan hanya menjadi penonton. Kita harus menjadi pelaku yang membawa kebudayaan ke masa depan, dengan semangat inklusif dan berpihak pada kemanusiaan,” ucapnya. Ia menilai peran kreatif pemuda di era digital bisa menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi.
Acara ini juga menjadi bagian dari rangkaian ulang tahun ke-32 JAKER, yang dimaknai sebagai momentum memperkuat solidaritas lintas generasi di kalangan pelaku budaya dan masyarakat sipil. Sebelumnya, JAKER juga menggelar Bedah Buku Antologi Puisi “Api yang Tak Padam”, yang menghadirkan penulis lintas generasi sebagai simbol keberlanjutan perjuangan budaya rakyat.
Salah satu peserta bedah buku, Isti Komah, menilai kegiatan literasi dan kebudayaan yang digagas JAKER sebagai langkah bijak dan monumental. “Dari 25 penulis yang terlibat, 10 di antaranya perempuan. Ini menunjukkan perspektif gender yang kuat dan langkah signifikan di tengah gerakan rakyat yang umumnya didominasi laki-laki,” ujarnya. Menurutnya, keberagaman suara dalam karya sastra memperkuat posisi kebudayaan sebagai ruang perjuangan yang setara dan terbuka.
Melalui Diskusi Kebangsaan ini, JAKER berharap dapat menyalakan kembali semangat gotong royong dan kebersamaan di kalangan pemuda serta masyarakat luas. Kebudayaan dipandang bukan semata identitas, tetapi juga kekuatan moral dan sosial untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan makmur — sebagaimana cita-cita bersama yang terus diperjuangkan lintas generasi.
“Nok Srie”Melaporkan

- Artikel, Bisnis, Daerah, Ekonomi, hukum, Internasional, Loker, Nasional, Opini, Pendidikan, Pertahanan, Politik, Seni dan Budaya, SOSIAL
Lumbung Artha Kita (LUBKITA) Puji Peran Selvi Gibran Gaungkan Semangat Generasi Muda Lestarikan Batik Selvi Gibran Dapat Apresiasi dari
Nusantara Wartapenasatu.com
- Artikel, Bisnis, Daerah, Ekonomi, Internasional, Keamanan, Kesehatan, Kuliner, Loker, Nasional, Opini, perkebunan, Pertahanan, pertanian, Politik, Seni dan Budaya, SOSIAL, Tumbuhan
LUBKITA REVOLUSI HIJAU UNTUK KETAHANAN PANGAN
Nusantara wartapenasatu.com
Solidaritas Global: Indonesia dalam Pusaran Tujuan PBB
Solidaritas Global: Indonesia dalam Pusaran Tujuan PBB

Jakarta, wartapenasatu.com – 25 Oktober 2025 – Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang diperingati setiap tanggal 24 Oktober, menjadi titik refleksi global untuk mempertegas komitmen terhadap multilateralisme dan kerja sama internasional. Peringatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan momentum krusial untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan global yang berkelanjutan.
Tema United Nations Day 2025, yaitu “The Future We Want, the UN We Need: Reaffirming our Collective Commitment to Multilateralism,” menggarisbawahi urgensi kolaborasi lintas negara dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati bersama. Tema ini menjadi panggilan bagi setiap bangsa untuk merapatkan barisan, menyatukan visi, dan bertindak nyata dalam menghadapi tantangan-tantangan global yang semakin kompleks.
Dalam konteks Indonesia, peringatan Hari PBB ini dapat dimaknai sebagai peluang emas untuk memperkuat semangat gotong royong dan kerja sama dalam mengatasi berbagai persoalan global. Nilai-nilai luhur seperti “bayanihan” (semangat gotong royong) dan “pakikipagkapwa” (empati dan solidaritas) yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya bangsa, selaras dengan tujuan-tujuan mulia yang diemban oleh PBB.
PBB sendiri telah menetapkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) sebagai cetak biru untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan di seluruh dunia. Tujuan-tujuan ini mencakup spektrum yang luas, mulai dari pengentasan kemiskinan dan kelaparan, peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, kesetaraan gender, hingga aksi mitigasi perubahan iklim dan pelestarian lingkungan hidup.

Dalam semangat memperingati United Nations Day 2025, masyarakat Indonesia dapat menunjukkan komitmennya terhadap nilai-nilai luhur bangsa dan tujuan-tujuan PBB melalui berbagai kegiatan yang konstruktif dan inspiratif. Diskusi panel, seminar, lokakarya, aksi sosial, kampanye edukasi, dan kegiatan sukarela dapat menjadi wahana efektif untuk meningkatkan pemahaman, menggugah kesadaran, dan mendorongu partisipasi aktif masyarakat dalam mencapai SDGs.
Bela negara, dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya menjadi tugas pemerintah semata, melainkan juga merupakan tanggung jawab kolektif seluruh warga negara. Peringatan United Nations Day 2025 dapat menjadi momentum strategis untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya bela negara, yang tidak hanya terbatas pada aspek fisik dan militer, tetapi juga mencakup aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup.
Dengan memperkuat semangat kerja sama dan solidaritas global, Indonesia dapat terus berkontribusi secara signifikan dalam mencapai tujuan-tujuan PBB dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia. Kontribusi ini bukan hanya akan memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional, tetapi juga akan memberikan dampak positif bagi pembangunan nasional dan peningkatan kualitas hidup seluruh rakyat Indonesia.
Laporan oleh: Eny K.
Serving For Peace : Brimob Kalteng Tegakkan Kemanusiaan Di Bumi Afrika
Serving For Peace : Brimob Kalteng Tegakkan Kemanusiaan Di Bumi Afrika
Palangka Raya, wartapenasatu.com – Satuan Brimob Polda Kalimantan Tengah kembali menorehkan prestasi dan kebanggaan. Dua personel terbaiknya, Brigpol Bimo Akbar Brigantoro dan Brigpol Gustira Arisantika, S.H., M.H., resmi terpilih untuk bergabung dalam misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Afrika Tengah.

Keberangkatan kedua personel tersebut menjadi bukti nyata bahwa Brimob Kalteng tidak hanya berperan dalam menjaga keamanan di dalam negeri, tetapi juga turut serta membawa nama baik Indonesia di kancah internasional. Mereka akan bergabung dengan pasukan Garuda Polri yang ditugaskan membantu menjaga stabilitas dan menciptakan perdamaian di wilayah konflik Afrika Tengah.
Komandan Satuan Brimob Polda Kalimantan Tengah Kombes Pol. Irwan Jaya, S.I.K. menyampaikan rasa bangganya atas terpilihnya dua personel Brimob Kalteng tersebut.
“Kami sangat bangga atas pencapaian ini. Tidak semua personel memiliki kesempatan untuk mengemban tugas mulia sebagai pasukan perdamaian dunia. Keikutsertaan Brigpol Bimo dan Brigpol Gustira merupakan wujud kepercayaan negara dan dunia internasional terhadap profesionalisme, dedikasi, serta kemampuan personel Brimob Kalteng,” ujar Kombes Pol. Irwan Jaya.

Ia juga menambahkan bahwa tugas tersebut bukan hanya soal kebanggaan pribadi atau satuan, tetapi juga tanggung jawab besar dalam membawa nama baik Indonesia di mata dunia.
“Misi perdamaian ini adalah panggilan kemanusiaan. Mereka akan menjadi duta bangsa yang membawa semangat Bhakti Brimob untuk kedamaian dunia. Kami berdoa agar keduanya dapat menjalankan tugas dengan aman, profesional, dan penuh kehormatan,” tambahnya.
Dengan dikirimnya dua personel terbaik ini, Satbrimob Polda Kalimantan Tengah sekali lagi menunjukkan komitmennya untuk terus mengembangkan kemampuan personel agar siap menghadapi tantangan, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Menerima Penghargaan Tertinggi dari Malaysia
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Menerima Penghargaan Tertinggi dari Malaysia

Malaysia, wartapenasatu.com – Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Agus Subiyanto menerima penghargaan tertinggi dari Angkatan Tentera Malaysia (ATM), Darjah Panglima Gagah Angkatan Tentera (PGAT) Kehormatan. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Yang di-Pertuan Agong Malaysia, Sultan Ibrahim, dalam upacara kenegaraan di Istana Negara, Kuala Lumpur, Malaysia, pada 15 Oktober 2025.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan kepemimpinan Jenderal TNI Agus Subiyanto dalam mempererat hubungan kerja sama militer antara Indonesia dan Malaysia. Selain itu, penghargaan ini juga menjadi simbol penghargaan dalam memperkuat stabilitas di kawasan Asia Tenggara.
Penganugerahan ini juga diberikan kepada beberapa pimpinan tertinggi militer negara sahabat, termasuk Kasad Kamboja General Mao Sophan, Kepala Staf Angkatan Udara TNI Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono, serta Kasau Singapura (RSAF) Major General Kelvin Fan Sui Siong. Hal ini menunjukkan kerja sama dan hubungan baik antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Penghargaan ini mencerminkan eratnya hubungan diplomatik dan kerja sama pertahanan antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Penghargaan ini juga melambangkan hubungan diplomasi pertahanan yang terus diperkuat melalui kerja sama ketenteraan serantau dan antarabangsa.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyampaikan rasa terima kasihnya atas penghargaan yang diberikan oleh Kerajaan Malaysia. “Penghargaan ini diharapkan dapat semakin memperkuat hubungan kerja sama militer antara Indonesia dan Malaysia,” ujarnya.
Dengan diterimanya penghargaan ini, diharapkan hubungan diplomatik dan kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Malaysia dapat terus meningkat. Kerja sama ini sangat penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Tenggara.

Penghargaan ini juga menunjukkan pengakuan internasional terhadap kemampuan dan dedikasi TNI dalam menjalankan tugasnya. Semoga penghargaan ini dapat menjadi motivasi bagi TNI untuk terus berkontribusi dalam menjaga perdamaian dan stabilitas regional.
Kembalinya warga Gaza ke Negerinya setelah kesepakatan gencatan senjata.
Kembalinya warga Gaza ke Negerinya setelah kesepakatan gencatan senjata.
Mancanegara, wartapenasatu.com – Ribuan warga Palestina mulai kembali ke kota Gaza setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku. Mereka kembali ke rumah-rumah yang hancur setelah mengungsi akibat serangan Israel selama dua tahun.

Diperkirakan sekitar 300.000 warga Palestina yang sebelumnya mengungsi ke wilayah selatan Gaza atas perintah Israel. Data menunjukkan sekitar 10% dari pengungsi yang kembali adalah anak-anak yatim piatu akibat konflik. Banyak dari mereka adalah keluarga dengan anak-anak, wanita, dan orang tua. Selain itu, lebih dari 15.000 warga sipil dilaporkan meninggal dunia selama konflik ini.
Setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada Jumat, 8 Oktober 2025. Gencatan senjata ini terjadi setelah perang selama dua tahun antara Israel dan Hamas. Warga Palestina kembali ke kota Gaza dan wilayah utara Gaza. Mereka berjalan di sepanjang jalan pantai Rashid dan jalan Salah al-Din, dua jalur utama yang menghubungkan utara dan selatan Jalur Gaza.
Warga Palestina kembali ke rumah mereka karena mereka ingin kembali ke kehidupan normal setelah perang. Mereka juga ingin membangun kembali rumah mereka dan komunitas mereka. Keinginan untuk menguburkan anggota keluarga yang meninggal di tanah kelahiran juga menjadi faktor penting.
Mereka kembali dengan berjalan kaki, menggunakan keledai, atau menaiki truk. Banyak dari mereka membawa barang-barang mereka yang tersisa dari serangan udara Israel.
Hamas menyambut baik gencatan senjata ini sebagai kemenangan bagi perlawanan Palestina. Mereka menyatakan akan terus berjuang untuk kemerdekaan Palestina. Negara-negara Arab seperti Mesir, Qatar, dan Uni Emirat Arab telah menyatakan dukungan mereka terhadap gencatan senjata ini dan menjanjikan bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi untuk Gaza. Mesir telah membuka perbatasan Rafah untuk memungkinkan masuknya bantuan dan evakuasi medis. Qatar telah menjanjikan dana sebesar $500 juta untuk rekonstruksi Gaza, sementara Uni Emirat Arab juga telah mengumumkan paket bantuan serupa. Selain itu, negara-negara seperti Turki dan Indonesia juga memberikan dukungan kemanusiaan yang signifikan.
Kembalinya warga Gaza ini merupakan momen penting dalam konflik Israel-Palestina. Ini menunjukkan bahwa warga Palestina tidak menyerah pada harapan untuk kembali ke rumah mereka dan membangun kembali kehidupan mereka, meskipun menghadapi tantangan besar. Dukungan internasional akan sangat penting untuk membantu mereka membangun kembali Gaza.
Perbatasan Berdarah: Afghanistan dan Pakistan di Ujung Tanduk
Perbatasan Berdarah: Afghanistan dan Pakistan di Ujung Tanduk

Mancanegara, wartapenasatu.com – Konflik antara Afghanistan dan Pakistan adalah serangkaian ketegangan dan bentrokan bersenjata yang terus berlanjut, melibatkan serangan lintas batas, tembakan, dan klaim teritorial yang belum terselesaikan. Akar masalah ini kompleks, melibatkan sengketa perbatasan yang sudah berlangsung lama dan tuduhan saling mendukung kelompok militan.
Konflik ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Afghanistan (terutama Taliban setelah kembali berkuasa), Angkatan Bersenjata Afghanistan, Pemerintah Pakistan, Angkatan Bersenjata Pakistan, Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP), Front Perlawanan Nasional Afghanistan, dan Balochistan Liberation Army (BLA). Ketegangan ini meningkat tajam pada tahun 2024 dan 2025, dengan bentrokan terbaru dilaporkan terjadi pada Oktober 2025.
Pertempuran sengit ini terkonsentrasi di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan, terutama di wilayah seperti Waziristan Utara, Waziristan Selatan, dan Khyber Pakhtunkhwa. Sengketa perbatasan mengenai Garis Durand, yang tidak diakui oleh Afghanistan, menjadi sumber utama ketegangan. Pakistan menuduh Afghanistan memberikan perlindungan kepada militan TTP yang melakukan serangan di wilayahnya, sementara Afghanistan membantah tuduhan tersebut.
Konflik ini bermanifestasi dalam berbagai bentuk, termasuk serangan udara oleh Pakistan yang menargetkan tempat persembunyian militan di Afghanistan, serangan balasan oleh pasukan Afghanistan terhadap pos-pos perbatasan Pakistan, dan bentrokan antara pasukan keamanan dari kedua belah pihak. Aktivitas kelompok militan di wilayah perbatasan semakin memperburuk situasi yang sudah tegang.
Dampak ekonomi dari konflik ini sangat merugikan kedua belah pihak. Perdagangan lintas batas telah menurun sebesar 40% sejak awal tahun 2024, menyebabkan kerugian pendapatan yang signifikan bagi para pedagang di kedua negara. Investasi asing di wilayah perbatasan telah terhenti, dan biaya keamanan telah meningkat menjadi lebih dari $500 juta untuk Pakistan dan $200 juta untuk Afghanistan. Afghanistan, yang sudah menghadapi krisis ekonomi yang parah, semakin terpuruk akibat konflik ini. Pakistan juga mengalami kerugian ekonomi yang besar, terutama di wilayah-wilayah perbatasan yang terkena dampak langsung dari pertempuran.
Jumlah korban jiwa akibat konflik ini terus meningkat. Lebih dari 2.500 warga sipil Afghanistan dan 1.800 warga sipil Pakistan telah tewas sejak awal tahun 2024. Selain itu, lebih dari 1.200 personel militer Pakistan dan 800 personel militer Afghanistan juga dilaporkan tewas dalam pertempuran. Serangan udara dan pertempuran darat telah menyebabkan kerusakan infrastruktur yang meluas dan pengungsian massal penduduk sipil, dengan lebih dari 1 juta orang mengungsi di kedua sisi perbatasan.
Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan stabilitas regional, Arab Saudi telah mengambil inisiatif untuk menengahi konflik antara Afghanistan dan Pakistan. Arab Saudi, dengan pengaruhnya di dunia Islam, berusaha untuk membawa kedua belah pihak ke meja perundingan dan mencapai solusi damai. Utusan khusus dari Arab Saudi telah melakukan kunjungan ke Kabul dan Islamabad untuk bertemu dengan para pemimpin dari kedua negara dan memfasilitasi dialog. Upaya mediasi ini masih berlangsung, tetapi menghadapi tantangan yang signifikan mengingat kompleksitas masalah dan ketidakpercayaan yang mendalam antara kedua negara.
