Uncategorized
Pengunjung Tewas Di Diskotik Ibiza, Polisi Melakukan Penyelidikan
WARTAPENASATUJATIM | Surabaya – Suasana dini hari di kawasan pusat Kota Surabaya mendadak mencekam setelah seorang pengunjung Diskotik Ibiza ditemukan tewas dengan kondisi kepala berlumuran darah. Peristiwa tragis itu terjadi pada Kamis (27/11/2025) di Kompleks Ruko Andika Plasa, Jalan Simpang Dukuh, Genteng, Surabaya.
Hingga kini, identitas korban masih belum dipublikasikan secara resmi oleh pihak kepolisian. Namun, kejadian tersebut sempat mengundang perhatian warga sekitar serta menimbulkan pertanyaan besar mengenai apa yang sebenarnya terjadi di dalam salah satu tempat hiburan malam yang cukup dikenal tersebut.
Keributan Diduga Jadi Pemicu Awal
Kejadian Mmnurut informasi awal, bahwa insiden bermula dari sebuah keributan di dalam area Diskotik Ibiza. Belum diketahui secara pasti penyebab kericuhan tersebut, namun petugas keamanan atau security tempat hiburan itu sempat berupaya melerai situasi.
Korban, yang mengalami luka serius terutama di bagian kepala, kemudian dievakuasi oleh pihak keamanan menggunakan kursi roda. Dari pantauan dalam video yang diterima redaksi, wajah dan kepala korban tampak berlumuran
darah ketika dibawa keluar menuju area bawah gedung.Security tampak bergegas menurunkan korban melalui akses tangga atau jalur ruko. Kondisi korban saat itu terlihat sangat kritis.
Korban Terjatuh di Halaman Ruko dan Tidak Mendapat Pertolongan Cepat
Dalam video yang sama, sesampainya di lantai bawah, korban tampak tidak stabil di atas kursi roda. Beberapa detik kemudian, korban terjatuh dan tubuhnya menghantam area halaman ruko.
Yang mengejutkan, petugas keamanan yang mengawalnya tampak membiarkan korban berada dalam posisi tergeletak tanpa upaya pertolongan medis darurat.
Tidak terlihat adanya tindakan untuk memanggil ambulans maupun membawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat. Korban dibiarkan tergeletak selama beberapa waktu.
Tanpa mendapatkan pertolongan yang memadai, korban akhirnya dinyatakan meninggal di lokasi kejadian Rekaman video tersebut kemudian menyebar luas dan memancing perhatian banyak pihak, termasuk warga sekitar dan pengguna media sosial. Namun, aparat kepolisian mengingatkan agar masyarakat tidak menyebarkan potongan video atau informasi yang belum terverifikasi.
Polisi: Masih Dalam Penyelidikan
Kanit Reskrim Polsek Genteng, Iptu Vian, saat dikonfirmasi oleh awak media, membenarkan adanya kejadian tersebut. Ia menegaskan bahwa polisi masih mendalami kasus ini, termasuk menelusuri kronologi lengkap dan peran pihak-pihak yang ada di TKP.
“Kasus tersebut masih dalam proses
penyelidikan mas, ujar īptu Vian singkat, Kamis (27/11/2025).Ia menambahkan bahwa pihaknya kini tengah mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi, termasuk petugas keamanan yang terakhir terlihat bersama korban sebelum meninggal.
Imbauan Kepolisian: Warga Diminta
Tidak Sebar Informasi yang Belum TerverifikasiDi tengah maraknya peredaran video di media sosial, Polsek Genteng meminta masyarakat untuk tetap bijak dalam menerima dan membagikan informasi. Aparat mengingatkan bahwa penyebaran kabar tanpa verifikasi dapat memperkeruh suasana dan mengganggu jalannya penyidikan.
“Kami meminta masyarakat tetap tenang dan tidak menyebarkan informasi yang belum jelas sumbernya karena dapat mengganggu proses penyidikan,” tegasnya.
Pihak kepolisian juga menegaskan bahwa setiap perkembangan terbaru akan disampaikan secara resmi melalui saluran yang kredibel.
Identitas Korban Masih Misterius
Sampai berita ini ditulis, identitas korban masih belum dirilis oleh pihak berwenang-
Polisi disebutkan masih melakukan pendataan dan proses identifikasi dengan mengumpulkan bukti serta keterangan yang ada.Belum ada informasi tambahan mengenai apakah keluarga korban sudah dihubungi atau apakah terdapat unsur penganiayaan dalam kejadian tersebut. Semua kemungkinan masih terbuka dan menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut.(Red)***
Pengungkapan Pemilik Ekstasi di Tol Lampung, Bareskrim Polri Tetapkan MR sebagai Tersangka
Jakarta — Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri menggelar konferensi pers terkait pengungkapan kasus kepemilikan ratusan ribu butir ekstasi yang ditemukan dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di Jalan Tol KM 136B Sumatera–Lampung. Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa, 25 November 2025 di Gedung Awaloedin Djamin, Lantai 1, Bareskrim Polri.

Wadirtipidnarkoba Bareskrim Polri, Kombes Pol Sunario, S.I.K., M.H., memaparkan kronologi awal kasus tersebut. Ia menjelaskan bahwa kecelakaan melibatkan sebuah mobil Nissan X-Trail berwarna hitam dengan nomor polisi D 1160 UN. Saat petugas melakukan penanganan pertama, ditemukan enam tas berisi ratusan ribu butir ekstasi di dalam kendaraan tersebut.
“Saya akan menyampaikan kepada seluruh rekan-rekan tentang kejadian laka lantas di Jalan Tol KM 136B Sumatera-Lampung, yang mana mobil tersebut adalah X-Trail dengan nomor polisi D 1160 UN, warna hitam. Pada saat itu, di dalam kendaraan tersebut ditemukan ratusan ribu ekstasi,” ujar Kombes Pol Sunario.
Pada awal penanganan, pengemudi kendaraan tidak ditemukan. Setelah dilakukan penyelidikan intensif oleh Polda Lampung bersama Bareskrim Polri, aparat berhasil mengungkap identitas sekaligus menangkap pemilik ekstasi tersebut, yakni MR (43), seorang residivis kasus narkoba.
Barang bukti yang diamankan terdiri atas 194.631 butir ekstasi utuh serta 3.869 gram ekstasi berbentuk bubuk.
“Namun setelah dilakukan penyelidikan oleh Polda Lampung bersama Bareskrim Polri, kita berhasil mengungkap pengemudi sekaligus pemilik ekstasi tersebut. Tersangka adalah MR, umur 43 tahun, residivis narkoba,” ungkapnya.
Sunario menambahkan bahwa MR merupakan warga negara Indonesia yang berdomisili di Tangerang. MR diperintahkan oleh seseorang berinisial U untuk berangkat ke Palembang mengambil barang tersebut. Ia berangkat bersama istrinya dan menginap di sebuah hotel sebelum menerima enam tas berisi ekstasi yang ditinggalkan di dalam mobil Terios yang tidak terkunci.
Setelah memindahkan seluruh tas ke mobil X-Trail, MR mengantar istrinya ke Bandara Palembang sebelum kembali ke hotel. Dalam perjalanan menuju Jakarta, kendaraan MR kehabisan bahan bakar sehingga meminta bantuan petugas tol. Tak lama kemudian, sekitar pukul 05.40 WIB, terjadilah kecelakaan yang mengungkap seluruh isi kendaraan.
Petugas tol, anggota PJR, dan anggota TNI yang sedang BKO menemukan enam tas berisi ekstasi tersebut. Pemeriksaan awal menunjukkan bahwa barang itu rencananya akan diedarkan di Jakarta.
Terkait penemuan sebuah lencana di dalam mobil, Sunario menegaskan bahwa lencana tersebut bukan lencana resmi Polri.
“Lencana resmi memiliki ciri khusus dan nomor seri terregister. Lencana yang ditemukan tidak memiliki nomor seri dan bukan milik Polri. Jadi sejauh ini tidak ada keterlibatan oknum anggota Polri,” tegasnya.

Penyidik masih memburu U selaku pengendali serta pemilik mobil Terios yang mengantarkan barang tersebut. Jalur distribusi barang ke Palembang juga masih dalam proses penyelidikan.
Mengenai penyebab kecelakaan, Sunario menjelaskan bahwa MR sebelumnya menggunakan sabu dan diduga kelelahan karena insiden terjadi sekitar pukul 05.00 pagi.
“Yang jelas MR sebelumnya menggunakan sabu dan kemungkinan kelelahan,” ujarnya.
Saat ini penyidikan terus berjalan untuk membongkar jaringan pengedar ekstasi berskala besar tersebut. Bareskrim Polri menegaskan komitmennya memberantas peredaran narkoba hingga ke akar jaringan pengendali.(Bu Diah)
Operasi Zebra Semeru Polres Pelabuhan Tanjungperak Ramp Check Angkutan Umum dan Tes Urine Sopir
TANJUNGPERAK – Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Pelabuhan Tanjung Perak melaksanakan kegiatan ramp check kendaraan bus di Terminal Wisata Religi Ampel, Jalan Pegirian, Surabaya.
Kegiatan ini digelar Satlantas Polres Pelabuhan Tanjungperak Polda Jatim dalam rangka Operasi Zebra Semeru 2025.
Kasatlantas Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Syafudin Rodji memimpin langsung ramp check melibatkan Dinas Perhubungan Kota Surabaya.

Selain memeriksa kondisi kendaraan, Polres Pelabuhan Tanjungperak Polda Jatim juga melaksanakan pemeriksaan kesehatan pengemudi dan test urine dengan melibatkan tim medis dari Klinik Pratama Polres Pelabuhan Tanjungperak.
Kasatlantas Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Imam Syafudin Rodji melalui Kasi Humas Iptu Suroto, menjelaskan bahwa pemeriksaan ini merupakan langkah wajib untuk menjamin keselamatan.
“Kami ingin memastikan setiap pengemudi berada dalam kondisi prima dan tidak terpengaruh zat berbahaya ketika mengemudikan bus. Keamanan penumpang adalah prioritas kami,” ujar Iptu Suroto,Rabu (26/11).
Selain pemeriksaan pengemudi, petugas juga melakukan pengecekan menyeluruh terhadap kondisi kendaraan bus.
Pemeriksaan meliputi kelengkapan surat-surat, kondisi ban, sistem pengereman, lampu, reflektor, serta komponen keselamatan lainnya.

“Setiap kendaraan harus benar-benar layak jalan. Kami tidak ingin ada bus yang beroperasi tanpa standar keselamatan yang baik karena hal itu berpotensi menimbulkan kecelakaan,” imbuh Iptu Suroto.
Ia juga menegaskan bahwa kegiatan ramp check ini merupakan bagian dari langkah preventif Ops Zebra Semeru 2025 untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas.
“Harapan kami, pemeriksaan rutin seperti ini mampu menurunkan risiko kecelakaan dan meningkatkan disiplin para pengemudi. Kegiatan hari ini berjalan aman, tertib, dan tanpa kejadian menonjol,” tutup Iptu Suroto.(bu diah)
SPN Polda Jatim Gelar Lomba Presentasi Hasil Pembelajaran Live In
MOJOKERTO – Suasana Aula Bhayangkara Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Timur terasa berbeda pada Selasa (25/11/2025) pagi.

Para siswa Pendidikan Pembentukan Bintara (Diktukba) Polri T.A. 2025 tampak antusias memaparkan hasil pembelajaran mereka.
Hari itu, SPN Polda Jatim menggelar kompetisi presentasi hasil pembelajaran Live In, sebuah metode pembelajaran di mana calon anggota Polri terjun dan tinggal langsung bersama masyarakat.
Kegiatan ini merupakan puncak dari rangkaian Latihan Kerja (Latja) dan Live In yang telah dilaksanakan pada 3 hingga 8 November 2025 lalu.
Sebelumnya, sebanyak 247 siswa disebar ke Lima Polres jajaran Polda Jatim, yakni Polres Blitar Kota, Polres Kediri, Polres Nganjuk, Polres Lamongan, dan Polres Gresik.
Selama periode tersebut, para siswa menjalani Lima hari Latja teknis kepolisian dan satu hari Live In untuk menyelami kehidupan sosial warga.

Meski durasi Live In terbilang singkat, antusiasme para siswa dalam mempresentasikan hasil observasi mereka sangat tinggi.
Di hadapan dewan juri, mereka menyajikan data komprehensif melalui video dokumenter, slide paparan menarik, hingga laporan tertulis yang mendalam.
Kualitas penilaian pun tak main-main. Dewan juri dipimpin langsung oleh Kepala SPN Polda Jatim, Kombes Pol Agus Wibowo, S.I.K., didampingi Wakil Kepala SPN AKBP Dody Indra Eka Putra, S.I.K., M.H., para Pejabat Utama (PJU), Komandan Batalyon (Danyon) Pengasuh, hingga Tim PID SPN Polda Jatim.
Rangkaian lomba dibuka oleh Kepala Korps Siswa (Kakorsis), AKBP Agung Setyono, S.S., M.H.
Dalam sambutannya, AKBP Agung menegaskan bahwa kompetisi ini bukan sekadar adu visual presentasi, melainkan uji substansi karakter calon Bhayangkara.
AKBP Agung mengatakan kegiatan lomba ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana para siswa mampu menyerap nilai-nilai kehidupan di tengah masyarakat.
“Penilaian kami sangat ketat, meliputi aspek adaptasi sosial, bagaimana disiplin dan sikap mereka saat berbaur dengan warga, hingga inisiatif sosial yang mereka lakukan,” ujar AKBP Agung.
Ia menambahkan, poin krusial lainnya adalah kepemimpinan, kualitas laporan tertulis, serta kemampuan public speaking dalam presentasi akhir.
”Seorang Polisi modern harus mampu menganalisa masalah sosial dan menyampaikannya dengan baik,” imbuhnya.
Setelah melalui sesi presentasi yang ketat dan tanya jawab kritis antara peserta dengan dewan juri, akhirnya terpilih Tiga regu dengan nilai tertinggi.
Prestasi tersebut diraih oleh Regu Live In Peleton 2 Kompi A, Regu Live In Peleton 2 Kompi B, dan Regu Live In Peleton 2 Kompi C.
Para pemenang dijadwalkan akan menerima penghargaan berupa piagam dan trofi yang akan diserahkan pada momen sakral ‘Malam Pengantar Tugas’, sekira bulan Desember 2025 mendatang.
Menutup kegiatan, Kepala SPN Polda Jatim, Kombes Pol Agus Wibowo, S.I.K., memberikan apresiasi tinggi kepada seluruh siswa.
Kombes Agus menekankan bahwa satu hari pelaksanaan Live In memiliki dampak jangka panjang bagi pembentukan karakter polisi yang humanis.
”Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh siswa atas kelancaran dan kesuksesan pembelajaran di lima Polres jajaran. Meskipun Live In hanya satu hari, namun esensinya sangat dalam,” ungkap Kombes Pol Agus.
Ka SPN Polda Jatim ini menegaskan kegiatan Live In diharapkan mampu menumbuhkembangkan nilai-nilai empati, toleransi, dan tanggung jawab sosial para siswa yang kelak akan dilantik menjadi anggota Polri.
Kombes Agus mengingatkan, dengan terlibat langsung dalam aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, para siswa sedang belajar menjadi seorang Bhayangkara yang peka dan empati.
”Di lapangan kita dituntut menerapkan komunikasi efektif dan kerja sama tim. Lebih dari itu, setiap pengambilan keputusan harus berbasis nilai empati moral dan etika profesi. Inilah bekal siswa saat nanti benar-benar bertugas melayani masyarakat,” pungkasnya(Bu diah)
Ketika Terang Menantang Gelap: Sumpah Matahari MAKI Jatim Menjaga Denyut Integritas Negeri
WARTAPENASATUJATIM | Surabaya — Di tengah riuh rendah zaman yang sering tersayat oleh kepentingan pribadi, terperosok dalam penyimpangan, dan tercemar oleh pengkhianatan terhadap amanah publik, berdirilah sebuah kekuatan moral yang memilih jalur terjal jalur yang tidak populer, tidak nyaman, namun selalu dibutuhkan.
Itulah jalan yang ditempuh Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Jawa Timur, organisasi yang menjadikan sebuah semboyan sebagai denyut nadi perjuangannya:
“Tak Akan Lelah Mengejar Matahari.”Semboyan ini bukan sekadar barisan kata yang terdengar indah. Ia adalah janji yang diikrarkan, kompas yang menuntun, dan api yang menjaga mereka tetap bangkit. Dalam tafsir MAKI Jatim, matahari adalah wujud tertinggi dari kejujuran yang tidak dapat dinego, keadilan yang tidak boleh dikompromikan, dan harapan yang tidak boleh dipadamkan. Cahaya itulah yang mereka kejar, dan kepada cahaya itulah mereka mengabdikan hidup, waktu, serta keberanian mereka.
Mengejar matahari berarti bergerak meski dunia mencoba melumpuhkan.
Mengejar matahari berarti bangkit meski badai menerjang tanpa ampun. Mengejar matahari berarti menantang gelap, meski ancaman mengintai dari balik bayang-bayang kekuasaan.Dalam semboyan itu tersimpan tekad besi: bahwa keadilan bukanlah retorika, melainkan sesuatu yang mesti diperjuangkan hingga titik terakhir kekuatan manusia. Dan MAKI Jatim menjalankan sumpah itu setiap hari diam-diam, konsisten, tanpa menuntut pujian, sama seperti matahari yang setiap pagi muncul kembali meski malam sebelumnya membawa gelap tak terperikan.
Kekuatan MAKI Jatim tumbuh dari keyakinan mendalam bahwa setiap langkah melawan korupsi adalah seberkas cahaya. Meski kecil, setiap cahaya mampu menembus kelam yang paling pekat. Dari tangan-tangan merekalah harapan masyarakat kembali dinyalakan, dari suara mereka-lah integritas kembali dipertahankan, dan dari keberanian mereka-lah jalur kebenaran kembali dibuka.
Filosofi “Tak Akan Lelah Mengejar Matahari” menjadi fondasi dari seluruh gerak MAKI Jatim: menginjak gelap, menantang culas, dan menolak tunduk pada ketidakadilan.
Dengan tekad yang tak gentar, mereka berdiri sebagai penjaga terang, garda yang siap menghadapi konsekuensi apa pun demi hadirnya sebuah pemerintahan yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya.MAKI Jatim tidak hanya mengejar cahaya itu mereka berusaha menjadi bagian dari cahaya.
Cahaya yang mengusir kabut tipu daya.
Cahaya yang membongkar kezaliman.
Cahaya yang memastikan negeri ini tidak kehilangan arah.Dalam perjalanan panjang memberantas korupsi, MAKI Jatim hadir bukan sekadar sebagai pengawas dari kejauhan, tetapi sebagai penjaga integritas negeri.
Selama matahari tetap terbit, selama harapan masih berdenyut di dada rakyat, perjuangan mereka tidak akan berhenti.Sebab bagi MAKI Jatim, terang keadilan bukan hanya sesuatu yang dikejar melainkan sesuatu yang harus diwujudkan, ditanamkan, dan dijaga sampai akhir zaman. (Bagas)
Gelombang Kebenaran di Balik Tembok Pengadilan: Duel Hukum Dr. Meiti Muljanti Melawan Dakwaan KDRT
WARTAPENASATUJATIM – Surabaya – Suasana ruang Tirta, Pengadilan Negeri Surabaya, kembali memanas pada Selasa (18/11/2025). Sidang lanjutan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan terdakwa dr. Meiti Muljanti, dokter spesialis patologi klinik di National Hospital Surabaya, yang didakwa melakukan kekerasan terhadap suaminya sendiri, dr. Benjamin Kristianto, kembali digelar dengan agenda pembacaan Duplik.
Sidang ini menjadi titik krusial setelah Jaksa Penuntut Umum menjatuhkan tuntutan enam bulan penjara terhadap dr. Meiti. Dalam Duplik yang dibacakannya, dr. Meiti tampil tegar namun penuh luka emosional, menyampaikan bantahan dan koreksi atas jawaban Jaksa tanggal 28 Oktober 2025 terhadap Pledoi yang ia bacakan pada 21 Oktober 2025.
*Teriakan Hati yang Tertahan Bertahun-Tahun*
Di hadapan Majelis Hakim, dr. Meiti mengungkapkan bahwa Duplik ini bukan sekadar dokumen hukum melainkan suara yang selama bertahun-tahun tertahan oleh penderitaan. Ia menuturkan bagaimana dirinya mengalami rangkaian tindakan yang diduga dilakukan oleh suaminya:
aniaya fisik, kekerasan psikis, tekanan mental yang berkelanjutan, rasa sakit berkepanjangan, hingga trauma yang ia sebut tak pernah sembuh.Ia menegaskan bahwa perjuangannya di pengadilan adalah upaya untuk “meluruskan kebenaran yang selama ini tertutup oleh ketidakadilan”.
Pledoi Diakui Positif, Tetapi Disebut Tak Menggugurkan Dakwaan
dr. Meiti menyampaikan keberatan atas tanggapan Jaksa yang mengakui pleidoinya memiliki nilai positif, namun tetap menyatakan bahwa pembelaannya tidak menggugurkan dakwaan. Menurut dr. Meiti, sikap tersebut tidak sejalan dengan asas hukum yang mewajibkan jaksa membuktikan dakwaannya berdasarkan fakta persidangan secara jujur dan fair.
Poin paling tajam yang ia serang adalah ketidakkonsistenan dalam surat tuntutan, yang menurutnya membuat dakwaan menjadi kabur (Obscur Libel).
Ia menunjukkan bahwa jaksa menyebut pasal terbukti adalah Pasal 44 ayat (1) UU KDRT sebagai dakwaan alternatif kedua, padahal dakwaan tersebut seharusnya merujuk pada Pasal 44 ayat (4).Ketidakselarasan itu, tegasnya, menimbulkan keraguan terhadap kepastian hukum dalam tuntutan tersebut.
Bukti CCTV Dipertanyakan: “Belum Ada Pemeriksaan Digital Forensik”
Salah satu inti pembelaannya adalah penolakan terhadap alat bukti rekaman CCTV.
Menurut dr. Meiti, rekaman tersebut belum pernah diperiksa secara ilmiah di Laboratorium Forensik Digital, padahal di era teknologi modern, manipulasi video menggunakan kecerdasan buatan (AI) bukan hal mustahil.Dengan dasar itu, ia menegaskan bahwa bukti CCTV tidak layak dinyatakan sebagai alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP.
Saksi Tak Melihat Langsung: “Unus Testis Nullus Testis”
dr. Meiti juga meminta agar keterangan saksi Puji Hendra Istanto, sopir keluarga, dikesampingkan. Ia menilai keterangan saksi tersebut tidak benar, karena saksi berada di luar rumah, berjarak sekitar delapan meter, terhalang tembok, dan tidak mungkin melihat langsung peristiwa sebagaimana ia akui.
Menurut dr. Meiti, satu-satunya orang yang mengaku mengetahui kejadian adalah suaminya sendiri, dan secara asas hukum kriminal, “Unus Testis Nullus Testis” satu saksi bukanlah saksi.
Penutup: Pertarungan Keadilan yang Belum Usai
Pembacaan Duplik ini menjadi salah satu momen paling menentukan dalam perjalanan kasus yang menyita perhatian publik ini. dr. Meiti menegaskan bahwa ia bukan hanya sedang membela diri dari dakwaan, tetapi juga berjuang untuk mengungkap luka, ketidakadilan, dan kebenaran yang selama ini ia pendam.
Majelis Hakim akan menilai seluruh argumentasi sebelum menjatuhkan putusan akhir.
Sementara itu, publik menunggu:Apakah pada akhirnya kebenaran yang akan berbicara lebih keras daripada dakwaan? Ataukah sebaliknya? (Bagas)
“KOPI ITU HARUS PROSES: Dari Biji Ke Nurani Sebuah Film Tentang Kejujuran yang Diseduh Dengan Perjuangan”
“KOPI ITU HARUS PROSES: Dari Biji Ke Nurani Sebuah
WARTAPENASATUJATIM | Surabaya, 13 November 2025 – Dari tanah para pahlawan, kobaran semangat kejujuran kembali menyala! Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Jawa Timur dengan bangga mempersembahkan karya sinema yang tak sekadar menatap layar tetapi menembus nurani bangsa: “Kopi itu Harus Proses”.
Sebuah film inspiratif yang menyatukan seni, moralitas, dan perjuangan melawan korupsi dalam satu racikan cerita yang menggugah kesadaran publik.
Dari Hati, Untuk Negeri
Film ini bukan sekadar hiburan. Ia lahir dari keresahan, tumbuh dari harapan, dan dipersembahkan sebagai persembahan cinta untuk Indonesia yang jujur.
Melalui kisah dan karakter yang hidup, “Kopi itu Harus Proses” merepresentasikan perjuangan panjang MAKI Jawa Timur dalam menegakkan nilai integritas dan memerangi budaya korupsi yang telah lama mencengkram sendi kehidupan bangsa.Makna di Balik Judul
Mengapa “Kopi itu Harus Proses”?
Karena seperti halnya secangkir kopi nikmat yang lahir dari perjalanan panjang mulai dari biji yang dipetik, disangrai, digiling, hingga diseduh dengan sabar demikian pula perjuangan melawan korupsi.
Tidak ada hasil instan.
Tidak ada jalan pintas.Yang ada hanyalah proses panjang penuh keuletan, kesabaran, dan keteguhan hati.
Dan dari proses itulah lahir rasa yang murni seperti kejujuran itu sendiri.Sinopsis
Film ini menceritakan perjalanan seorang aktivis muda antikorupsi yang menolak tunduk pada ketidakadilan. Di tengah tekanan kekuasaan, ancaman, dan godaan, ia memilih jalan yang sulit: berdiri di pihak kebenaran.
Bersama rekan-rekannya, ia mengungkap jaringan korupsi besar yang menggerogoti kota tempatnya berpijak.
Pertarungan ini bukan hanya soal data dan bukti tapi juga soal hati, keberanian, dan keyakinan bahwa kebenaran tidak boleh dikompromikan.Lebih dari Sekadar Film
“Kopi itu Harus Proses” bukan sekadar tontonan, melainkan gerakan moral. Sebuah ajakan bagi generasi muda untuk tidak takut berkata benar. Sebuah cermin bagi para pemimpin untuk selalu mengingat janji suci pada rakyat. Dan sebuah doa bagi bangsa ini agar tak lagi diseduh dengan dusta, tapi disajikan dengan kejujuran dan kerja keras.
Peluncuran Spesial di Kota Pahlawan
Acara peluncuran film ini akan digelar meriah dengan menghadirkan tokoh-tokoh bangsa, pejabat pemerintah, aktivis antikorupsi, seniman, dan masyarakat luas.
Selain pemutaran perdana, acara akan diisi dengan diskusi panel inspiratif, pementasan seni bertema integritas, serta bazar kopi lokal sebagai simbol perjuangan dan kebersamaan.Harapan dan Tekad
MAKI Jawa Timur berharap “Kopi itu Harus Proses” menjadi titik balik kesadaran publik bahwa melawan korupsi bukan hanya tugas lembaga, melainkan tanggung jawab setiap warga negara.
Melalui layar, kita menanamkan pesan bahwa integritas adalah warisan paling berharga bagi generasi penerus.
Dengan secangkir semangat dan seteguk keberanian, mari kita bersama menyeduh kejujuran, meneguk perubahan, dan menanam harapan.
Ayo, Hadir dan Saksikan
Jadikan peluncuran film “Kopi itu Harus Proses” sebagai tanda bahwa bangsa ini masih punya cita rasa kejujuran.
Karena seperti kopi, kejujuran pun harus melalui proses agar hasilnya nikmat dan murni. (Red)- Artikel, Bisnis, Daerah, Ekonomi, Keamanan, Kesehatan, Nasional, nelayan, Opini, Pendidikan, perkebunan, Pertahanan, pertanian, Politik, Seni dan Budaya, SOSIAL, Tumbuhan, Uncategorized, Wisata
DARI DESA TERTINGGAL MENJADI DESA MANDIRI

Jawa Barat wartapenasatu.comFestival Cikondang Nanjeur: Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Wujudkan Desa Mandiri, Sejahtera, dan Berbudaya
Pangalengan, Kabupaten Bandung – Kampung Adat Cikondang menjadi pusat perhatian masyarakat Jawa Barat dengan digelarnya Festival Kampung Adat Cikondang (Cikondang Nanjeur Uleman) pada 8–9 November 2025. Kegiatan ini tidak hanya menampilkan kekayaan budaya Sunda, tetapi juga menjadi momentum penting dalam upaya pengentasan desa tertinggal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peluncuran program strategis nasional.
Festival dibuka pada Sabtu (8/11) dengan kegiatan Bhakti Sosial yang meliputi pembagian beras murah dan pengobatan gratis bagi warga. Program ini disambut antusias masyarakat sekitar, karena dinilai langsung menyentuh kebutuhan dasar mereka. Kegiatan sosial tersebut menjadi bentuk nyata semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang masih kuat di tengah masyarakat adat Sunda.
Puncak acara berlangsung pada Minggu (9/11), ditandai dengan Launching Sakola Budaya Sunda dan Peresmian Lumbung Kesejahteraan Rakyat Desa. Kedua program tersebut menjadi simbol kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam membangun kemandirian ekonomi serta melestarikan budaya lokal. Festival juga menampilkan beragam kesenian tradisional seperti Beluk, Wawacan, dan Trawangsa yang memperkaya suasana dan menunjukkan kekayaan seni warisan leluhur.
Dalam kesempatan tersebut, dilakukan pula pendataan dan penandatanganan prasasti Lumbung Kesejahteraan Rakyat oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) H. Yandri Susanto, S.Pt., M.Pd., bersama Ketua Umum Yayasan Lumbung Kesejahteraan Rakyat (LKR) Ibu Indri Wolff. Kerja sama ini menjadi langkah strategis dalam menjadikan Desa Cikondang sebagai percontohan pembangunan desa tertinggal berbasis ketahanan pangan dan kearifan budaya lokal.
Acara tersebut turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting seperti Bupati Bandung Dadang Supriatna, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Ketua PT LUBKITA Stanley Wolff, Ketua Apdesi A. Anwar Sadat, serta Tuan Rumah Fery Radiansyah. Kehadiran para pejabat dan tokoh ini menjadi bukti sinergi lintas sektor dalam mendukung program pemberdayaan masyarakat desa dan pelestarian budaya.
Sebagai bentuk kepedulian sosial, Yayasan Lumbung Kesejahteraan Rakyat bersama PT LUBKITA memberikan bantuan simbolis berupa 1.000 karung beras ukuran 5 kilogram untuk warga Cikondang. Bantuan tersebut diharapkan dapat meringankan beban masyarakat sekaligus memperkuat nilai kebersamaan dan solidaritas sosial.
Dalam sambutannya, Menteri Desa PDTT Yandri Susanto menyampaikan apresiasi atas semangat masyarakat Cikondang yang tetap menjaga warisan budaya sambil berinovasi dalam pembangunan ekonomi. “Desa adat seperti Cikondang ini harus menjadi contoh bahwa kemandirian dan kesejahteraan bisa tumbuh dari akar budaya sendiri,” ujarnya.
Sementara itu, Fery Radiansyah selaku penggagas kegiatan menegaskan bahwa Festival Cikondang Nanjeur bukan hanya perayaan budaya, tetapi juga langkah konkret menuju kemandirian ekonomi berbasis lokal. “Cikondang bukan sekadar menjaga tradisi, tapi menjemput masa depan dengan kearifan lokal,” ungkapnya. Melalui kegiatan ini, masyarakat berharap semangat Cikondang Nanjeur dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia untuk terus maju tanpa kehilangan identitas budayanya.
BY:NokSrie
PASMANBAYA, DPRD Jatim, dan Universitas Hang Tuah Kolaborasi Gelar Seminar Tentang Peran Alumni Dalam Meningkatkan Kesadaran Sosial dan Kemanusiaan di Lingkungan
WARTAPENASATUJATIM | Surabaya – Paguyuban SMA Negeri Surabaya (PASMANBAYA) bekerjasama dengan DPRD Provinsi Jawa Timur dan Universitas Hang Tuah Surabaya kembali menggelar seminar ke-2 dengan tajuk “Peran Alumni Dalam Meningkatkan Kesadaran Sosial dan Kemanusiaan di Lingkungan Masyarakat”.
Acara yang berlangsung di RSGMP Nala Husada Universitas Hang Tuah pada Jumat (7/11/2025) ini, menjadi wadah strategis bagi para alumni untuk berkontribusi aktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Seminar ini dihadiri oleh sekitar 150 peserta yang merupakan alumni PASMANBAYA dari berbagai angkatan dan profesi. Kehadiran para alumni ini menunjukkan komitmen kuat mereka untuk terus berkiprah dan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.
Dr. Singgi Puji Raharjo, selaku Ketua Panitia, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam terselenggaranya kegiatan ini.
“Terima kasih kami sampaikan kepada Direktur RS Gigi dan Mulut UHT atas fasilitas tempat, kepada jajaran pimpinan Universitas Hang Tuah, para narasumber, serta seluruh panitia yang telah bekerja keras sehingga acara dapat berjalan lancar,” ujarnya.
Ir. H.R Eddy Surohadi, SE, MH.Dipl Ki, Ketua PASMANBAYA dalam sambutannya juga menyampaikan, puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT, sehingga para hadirin dapat berkumpul dalam semangat kebersamaan pada seminar bertema “Peran Alumni dalam Menumbuhkan Kesadaran Sosial dan Nilai Kemanusiaan di Masyarakat.”

Kegiatan ini menjadi momen penting bagi alumni lintas sekolah di bawah naungan PASMANBAYA untuk memperkuat jejaring sosial yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian, dan kontribusi nyata bagi masyarakat.Melalui kolaborasi dengan DPRD Jawa Timur, PASMANBAYA, dan Universitas Hang Tuah Surabaya, kegiatan ini diharapkan menjadi wadah inspiratif untuk menumbuhkan semangat kepemimpinan sosial, gotong royong, serta kesadaran akan tanggung jawab moral alumni dalam menghadirkan perubahan positif di lingkungan sekitar.
Ir. H.R Eddy Surohadi juga menyampaikan rasa bangga atas kehadiran narasumber luar biasa, Dr. Nora Lelyana dan Dr. Eric Mayo Dagradi, yang akan berbagi pandangan tentang bagaimana nilai-nilai kemanusiaan dapat diinternalisasikan dalam berbagai bidang.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada:
– DPRD Jatim atas dukungan penuh dalam penyelenggaraan acara ini.
– RSGM Nala Husada atas penyediaan tempat.
– Panitia pelaksana dan seluruh pengurus PASMANBAYA atas kerja keras dan dedikasinya.Ir. H.R Eddy Surohadi berharap sinergi ini menjadi kolaborasi yang berkelanjutan antara dunia pendidikan, legislatif, dan komunitas alumni dalam menumbuhkan semangat kemanusiaan dan kepedulian sosial di masyarakat.
Di akhir sambutannya, Ir. H.R Eddy Surohadi menutup dengan pantun:
Ke taman bunga memetik melati,
Wanginya harum semerbak di udara.
Alumni bersatu penuh empati,
Menebar kasih untuk sesama manusia.Mentari pagi di langit Surabaya, hangat sinarnya penuh makna, mari bersama kita berkarya, untuk bangsa dan nilai kemanusiaan yang mulia.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Freddy Poernomo, SH.MH, anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, turut memberikan pandangannya mengenai pentingnya kewaspadaan terhadap kemajuan digitalisasi.
Beliau mengingatkan bahwa di era informasi yang serba cepat ini, berita hoax dapat dengan mudah menyebar dan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
Oleh karena itu, peran alumni sebagai agen perubahan sangatlah penting dalam menyaring informasi dan memberikan edukasi yang benar kepada masyarakat.
Seminar ini tidak hanya menjadi ajang untuk bertukar pikiran dan menambah pengetahuan, tetapi juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi antar alumni PASMANBAYA.
Para peserta dapat saling berbagi pengalaman, membangun jaringan, dan merumuskan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesadaran sosial dan kemanusiaan di lingkungan masyarakat.
Dengan semangat kebersamaan dan komitmen yang tinggi, PASMANBAYA terus berupaya untuk menjadi organisasi yang relevan dan berkontribusi nyata bagi kemajuan Surabaya dan Jawa Timur.
Seminar ini merupakan salah satu wujud nyata dari upaya tersebut, dan diharapkan dapat menginspirasi para alumni untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Drs. Rudy Haryono, M.M, sebagai narasumber pertama menegaskan, bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan keberagaman, dengan ribuan suku dan budaya yang menjadi ciri khasnya.
Dalam konteks kemajemukan ini, olahraga hadir sebagai ruang netral yang mampu menyatukan seluruh elemen bangsa tanpa memandang perbedaan.
Menurutnya, lapangan olahraga menjadi tempat yang ideal untuk menumbuhkan semangat juang, sportivitas, dan kebersamaan.
Di arena olahraga, setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi dan memberikan yang terbaik bagi tim maupun negara.
“Olahraga adalah bahasa universal yang dapat dipahami oleh semua orang, tanpa memandang suku, agama, ras, maupun golongan. Melalui olahraga, kita dapat belajar menghargai perbedaan, bekerja sama, dan menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas,” tutur Drs. Rudy Haryono, M.M.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa olahraga bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan mentalitas bangsa.
Melalui olahraga, generasi muda dapat belajar tentang kedisiplinan, kerja keras, tanggung jawab, dan semangat pantang menyerah.
Selain itu, olahraga juga dapat menjadi sarana untuk mempromosikan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa.
Ketika atlet-atlet Indonesia berjuang di kancah internasional, mereka tidak hanya membawa nama pribadi atau daerah, tetapi juga membawa nama bangsa dan negara.
“Ketika bendera Merah Putih berkibar dan lagu Indonesia Raya berkumandang di arena internasional, seluruh rakyat Indonesia akan merasa bangga dan bersatu. Inilah kekuatan olahraga sebagai pemersatu bangsa,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Drs. Rudy Haryono, M.M, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus mendukung pengembangan olahraga di Indonesia.
Dukungan ini dapat berupa partisipasi aktif dalam kegiatan olahraga, pemberian fasilitas dan sarana olahraga yang memadai, serta dukungan moral dan finansial bagi para atlet.
Dengan dukungan yang kuat dari seluruh elemen masyarakat, diharapkan olahraga Indonesia dapat terus berkembang dan berprestasi di tingkat dunia.
Selain itu, olahraga juga dapat menjadi sarana yang efektif untuk membangun karakter bangsa yang kuat, sportif, dan berdaya saing global.
Dr. DRG. Nora Lelyana, MHKes, FICD: Kesehatan adalah Ketahanan Bangsa di Era Modern!
Dr. DRG. Nora Lelyana, MHKes, FICD, Laksamana Pertama TNI (Purn) sebagai narasumber kedua, dengan tegas menyatakan bahwa kesehatan adalah fondasi utama ketahanan bangsa.
Beliau mengingatkan bahwa ancaman terhadap suatu negara tidak hanya datang dari perang fisik, tetapi juga dari wabah dan penyakit yang dapat melumpuhkan berbagai aspek kehidupan.
“Kesehatan adalah investasi jangka panjang bagi kemajuan suatu bangsa. Jika masyarakat sehat, maka produktivitas akan meningkat, kualitas sumber daya manusia akan semakin baik, dan negara akan semakin kuat,” ungkap Dr. DRG. Nora Lelyana, MHKes, FICD.
Beliau juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental. Masyarakat perlu diedukasi mengenai pola hidup sehat, pencegahan penyakit, dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Selain itu, Dr. DRG. Nora Lelyana, MHKes, FICD, juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dan melakukan penelitian untuk mengembangkan teknologi kesehatan yang lebih canggih.
“Kesehatan adalah tanggung jawab kita bersama. Pemerintah, masyarakat, dan tenaga kesehatan harus bersinergi untuk menciptakan Indonesia yang sehat dan kuat,” pungkasnya.
Dengan kesadaran dan tindakan nyata dari seluruh elemen bangsa, diharapkan Indonesia dapat memiliki ketahanan kesehatan yang kuat dan mampu menghadapi berbagai ancaman kesehatan di masa depan.*** (Bgn)
Dugaan Pelanggaran ITE, Oknum Guru SDN Tanah Merah Dajah 1 Terancam Dilaporkan
WARTAPENASATUJATIM | Bangkalan – Seorang oknum guru di SDN Tanah Merah Dajah 1, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan, berinisial AG, menjadi sorotan publik setelah diduga membuat unggahan bernada provokatif di media sosial WhatsApp.
Unggahan tersebut muncul pasca ramai pemberitaan mengenai proyek pembangunan pagar sekolah yang disorot karena para pekerjanya tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja.
Dalam unggahan status WhatsApp-nya, AG menuliskan pernyataan yang dinilai menyinggung pihak tertentu dan tidak pantas diucapkan oleh seorang pendidik.
Isi unggahan tersebut berbunyi:
“Sudah tidak memberikan bantuan cuma taunya mencari kesalahan. Kerja kalau mau uang jangan cuma mencari kesalahan orang. Makan uang haram itu biar jadi daging busuk. Kalau kerjaannya lebih parah dari orang ngemis. Mungkin enak dimakan sampai ke anaknya biar jadi daging busuk.”Pernyataan tersebut memicu reaksi keras dari sejumlah pihak, termasuk kalangan media. Supriaadi, salah satu pimpinan redaksi media online di Jawa Timur, mengecam tindakan oknum guru tersebut.
Menurut Supriadi, sikap yang ditunjukkan inisial AG tidak mencerminkan etika seorang pendidik, melainkan sikap yang tidak terdidik.
“Sebagai tenaga pendidik, seharusnya memberikan contoh yang baik, bukan justru membuat unggahan yang berpotensi menimbulkan konflik di ruang publik. Kami menilai pernyataan itu dapat masuk dalam kategori pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),” ujarnya.
Lebih lanjut, Supriadi menyebut pihaknya tengah mempertimbangkan langkah hukum terkait unggahan tersebut.
“Kami sedang berkoordinasi dengan tim hukum. Jika terbukti mengandung unsur pencemaran nama baik atau ujaran kebencian, kami tidak segan untuk melaporkannya,” tegasnya.
Namu, hingga berita ini diterbitkan, Kepala Sekolah SDN Tanah Merah Dajah 1, Mutmainah, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp pribadinya, belum memberikan tanggapan resmi dan terkesan membiarkan tindakan yang dilakukan oleh oknum guru berinisial AG tersebut.
Dalam pesannya, Mutmainah menyampaikan alasan belum bisa memberikan keterangan karena sedang ada urusan keluarga.
“Mohon maaf bapak, saya belum bisa konfirmasi. Pona’an saya mau akad nikah besok,” tulisnya singkat melalui pesan WhatsApp.*** (Tim)
Jurnalis: Abdul Azis